Di tengah citra Aceh keluar sebagai provinsi yang intoleran, atau dikaitkan dengan penerapan Syariat Islam diberi kesan hantu yang menakutkan, ada satu wilayah yang menyimpan dinamika sosial yang berbeda: Kecamatan Danau Paris, Kabupaten Aceh Singkil. Di daerah ini, terdapat sejumlah keluarga yang hidup berdampingan dalam satu rumah meskipun berbeda agama; Islam, Kristen, Katolik dan Aliran Kepercayaan Pambi.
Cuma mereka jarang terekspos dalam berita nasional. Di balik keheningan Danau Paris menyimpan pelajaran berharga tentang toleransi yang lahir secara alami, sepi slogan, kehidupan nyata yang mengukuhkan itu semua. ekaeka saling merawat badan menjaga batin agar tidak tergores karena perbedaan agama.
Saya melakukan penelitian lapangan terhadap keluarga-keluarga lintas agama yang tinggal serumah di Danau Paris. Hasilnya mengungkap dinamika yang menarik dan kompleks.
warga Danau Paris makan di meja yang sama, dan saling menjaga hal-hal terlarang dalam keyakinan berbeda. Memilih tmeng mengkonsumsi makanan-makan yang tidak halal bagi umat Islam
Toleransi Berbasis Kekerabatan
Salah satu temuan utama adalah bahwa toleransi tidak selalu lahir dari pemahaman agama secara mendalam, tapi justru dari hubungan kekerabatan yang kuat, adat yang mengikat erat.
agama bagi mereka urusan pribadi, sementara hubungan sesama saudara kandung,berada atas agper, bila ada perselisihan tentang keyakinan maka hubungan darah mengikat kuat, perbedaan keyakinan di tempatkan pada posisi lain yang lebih sakral.
Srategi yang dibangun untuk tetap akur dalam perbedaan; tidak membahas isu sensitif berkaitan dengan agama. Tuhanmu, agamamu adalah jalan hidupmu, dalam hidup bersaudara dan berkeluarga ada pekerjaan sehari-hari untuk menyambung hidup bisa dikerjakan bersama. bukan berarti abai terhadap identitas agama. Dalam pelaksanaan ibadah mereka fasilitasi seperti mengantar ibu yang Pambi ke tempat ibadah oleh anak yang beragama Kristen.
Seorang nenek berkeyakinan Pambi mengingatkan cucunya untuk shalat yang beragama Islam. Anak-anak beragama Islam mengunjungi orang tua pada tahun baru untuk meramaikan perayaan, tapi tidak pada hari natal yang merupakan identitas khusus keagamaan.