BREAKING NEWS
Senin, 28 Juli 2025

Dilema Berdakwah: Antara Ridha Allah dan Tanggapan Miring Orang Lain

Redaksi - Senin, 28 Juli 2025 07:51 WIB
83 view
Dilema Berdakwah: Antara Ridha Allah dan Tanggapan Miring Orang Lain
Ustadz Nursanjaya Abdullah, Aktivis Da'wah, Akademisi, dan Pengamat Sosial Keagamaan. (foto: T. Jamaluddin/BITV)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

Oleh: Ustadz Nursanjaya Abdullah.

DAKWAH adalah tugas mulia yang diwariskan oleh para nabi kepada umatnya. Ia bukan sekadar aktivitas mengajak kepada kebaikan, tetapi juga wujud cinta kepada manusia agar mereka mengenal Allah, tunduk kepada-Nya, dan hidup dalam petunjuk-Nya. Namun dalam perjalanannya, dakwah tidak selalu disambut dengan pujian dan sambutan hangat. Justru tidak sedikit para dai, ustadz, bahkan orang biasa yang mengajak kepada kebaikan, dihadapkan pada respon sinis, komentar negatif, bahkan hinaan dan pengucilan.

Inilah salah satu dilema terbesar dalam berdakwah: antara mencari ridha Allah atau tenggelam dalam kekhawatiran terhadap tanggapan miring dari manusia.

Baca Juga:

Allah memerintahkan dalam Al-Qur'an: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik..." (QS. An-Nahl: 125)

Namun, siapa pun yang membaca sejarah dakwah para nabi akan tahu bahwa jalan ini penuh onak dan duri. Nabi Nuh 'alaihissalam dihina oleh kaumnya dan dianggap gila. Nabi Musa 'alaihissalam ditentang oleh Firaun yang zalim. Nabi Muhammad ﷺ pun dicaci, diludahi, bahkan diancam dibunuh karena menyampaikan kebenaran.

Baca Juga:

Apakah karena mereka berdakwah dengan cara kasar? Tidak. Mereka adalah manusia terbaik, paling lembut, dan penuh kasih sayang. Tapi tetap saja, kebenaran akan selalu diuji, dan para penyampainya tidak selalu disukai.

Dalam menghadapi penolakan dan komentar miring, seorang dai harus terus menguatkan niat dan memurnikan orientasi dakwahnya: mencari ridha Allah, bukan tepuk tangan manusia.

Rasulullah ﷺ bersabda: "Barang siapa mencari keridhaan Allah walau manusia membencinya, maka Allah akan meridhainya dan membuat manusia ridha kepadanya…" (HR. Ibn Hibban)

Artinya, tidak ada yang lebih penting dari penilaian Allah. Ridha manusia tidak bisa menjadi tujuan utama karena ia fana, berubah-ubah, dan sering kali dipenuhi kepentingan pribadi.

Dalam dunia yang serba terbuka seperti hari ini, para pendakwah tak hanya berbicara di mimbar, tapi juga di media sosial. Dan tak jarang, setiap kata yang disampaikan ditanggapi dengan sinisme, seolah dakwah itu identik dengan menghakimi, memecah belah, atau mengganggu kenyamanan.

Lebih menyakitkan lagi jika tanggapan miring itu datang dari sesama muslim, bahkan dari rekan seperjuangan. Di sinilah letak ujian besar seorang dai: apakah ia berhenti karena tekanan manusia, atau tetap melangkah karena keyakinannya pada janji Allah?

Menghindari tanggapan negatif bukan berarti berdakwah harus ditinggalkan. Namun di sisi lain, dakwah juga harus dilakukan dengan hikmah (kebijaksanaan), agar pesan kebenaran sampai tanpa membangkitkan kebencian yang tidak perlu.

Editor
: Adelia Syafitri
Tags
komentar
beritaTerbaru