BREAKING NEWS
Minggu, 03 Agustus 2025

Insinuasi Jokowi

Redaksi - Kamis, 31 Juli 2025 07:36 WIB
68 view
Insinuasi Jokowi
Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi). (foto: AI/BITV)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

Oleh:Jaka Budi Santosa

ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan. Itulah yang kiranya sedang dialami kubu mantan Presiden Jokowi hari-hari ini.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), insinuasi berarti tuduhan tersembunyi, tidak terang-terangan, atau tidak langsung; sindiran. Belakangan, Pak Jokowi berinsinuasi. Pertama, dia menyatakan ada agenda besar di balik upaya memakzulkan sang putra, Wapres Gibran Rakabuming Raka, dan tudingan ijazah palsu miliknya. Kedua, dia bilang ada orang besar di belakang, yang mem-back up, gerakan itu.

Baca Juga:

Apa agenda besar tersebut? Namanya juga insinuasi, Jokowi tak menjelaskan secara terperinci. Siapa orang besar yang dia maksud? Namanya juga tuduhan tersembunyi, dia tentu menyembunyikan jati diri yang dituduh. ''Ya semua sudah tahulah,'' hanya itu yang dia katakan di kediamannya, Sumber, Banjarsari, Surakarta, Jumat (25/7).

Pak Jokowi mengkreasi teka-teki, menyisakan spekulasi. Dia membuat rakyat harus menebak-nebak, bersilang pendapat. Insinuasi Jokowi menjadi misteri. Beruntung ada loyalis Jokowi yang membuat misteri itu sedikit terurai.

Baca Juga:

Hanya sehari berselang, salah satu pelapor Roy Suryo dkk dalam kasus tuduhan ijazah palsu Jokowi, Ade Darmawan, memberikan clue ihwal siapa orang besar itu. Dalam sebuah acara di televisi nasional, dia memang ogah mengungkap siapa yang dimaksud Jokowi. Dia hanya meminta publik memperhatikan warna bajunya. Kala itu, Ade mengenakan baju biru. Publik pun mengaitkannya dengan pemain politik bercorak biru. Warna biru mulai mengharu biru.

Clue lebih terang disampaikan pendukung kelas berat Jokowi, Silfester Matutina. Ketua Umum Solidaritas Merah Putih itu secara gamblang menyebut partai birulah yang dimaksud pujaannya. "Iya, bisa jadi partai politik, dan memang kita sudah tahu, ya, kan saat ini pun mereka sudah mulai mempersiapkan calonnya, sudah membentuk elemen-elemen di berbagai daerah, sudah gitu loh," begitu ujarnya, Sabtu (26/7).

Silfester memberikan petunjuk lain. Dia menyebut partai tersebut bagian dari koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran. Dia juga menyindir seseorang dari partai biru itu yang meminta Jokowi tak perlu melaporkan rakyatnya. Tak disebutkan siapa yang dia maksud.

Yang pasti, pada April silam, politikus senior Partai Demokrat Andi Arief mengritik Jokowi sebagai mantan presiden melaporkan rakyatnya. Namun, dia juga menegaskan kasus dugaan ijazah palsu Jokowi sudah selesai karena UGM yang mengeluarkan ijazah itu memastikan asli.

Kritik serupa disampaikan Dino Patti Djalal, wakil menteri luar negeri di era SBY. Di akun Twitter-nya, dia mengusulkan agar Pak Jokowi membalas Roy Suryo cs dengan argumen, senyum, doa, dan bukti. Bukan dengan bui.

Masih ada lagi clue dari Silfester. Dia bilang, orang besar yang dimaksud Jokowi ialah mantan petinggi Republik ini yang ingin agar Prabowo-Gibran berpisah. Lebih mengerucut lagi, mereka ingin menggantikannya dengan anak atau orangnya. Siapa dia? Sekali lagi, pihak Jokowi tak langsung menunjuk hidung. Namun, kiranya misteri tak lagi gelap-gelap amat.

Di koalisi pemerintahan Prabowo, ada tiga partai warna biru. Selain Demokrat, ada PAN dan Partai NasDem, meski partai yang terakhir ini tak mau masuk kabinet. Namun, kalau menilik sejumlah petunjuk tersebut, telunjuk kiranya mengarah ke Demokrat. Petinggi NasDem bukanlah mantan petinggi negeri. Pun, tiada niat dan upaya secuil pun dari anak pemimpin NasDem untuk menggantikan Gibran atau menatap Pilpres 2029. Demikian halnya dengan PAN.

Beda dengan Demokrat. Petinggi mereka, SBY, ialah Presiden Ke-6 RI. Ketua umum mereka ialah Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY, salah satu tokoh muda yang dinilai berpotensi memimpin negeri ini. Karena itu, lumrah, sangat lumrah, jika Demokrat marah. AHY mengatakan tudingan bahwa Demokrat sebagai dalang di balik usul pemakzulan Gibran dan ijazah palsu Jokowi ialah fitnah. Adiknya yang Ketua Fraksi Demokrat di DPR, Edhie Baskoro Yudhoyono atau EBY, menyebutnya sebagai fitnah keji, sesat, dan adu domba politik yang tidak berdasar.

Begitulah, misteri perihal orang besar versi Jokowi memantik kegaduhan. Yang dianggap menyebar fitnah lalu membantah. Kaesang, anak ragil Jokowi yang menjabat Ketua Umum PSI, menegaskan bapaknya tidak pernah menyebut partai biru. Dia memastikan hubungan keluarganya dengan keluarga SBY baik-baik saja. Buktinya, sang kakak, Gibran, sempat menjenguk SBY yang dirawat di RSPAD Jakarta, beberapa waktu lalu. Kaesang pun berencana bertemu dengan AHY.

Kalau orang besar bukan partai biru seperti kata Kaesang, lalu dari mana loyalisnya mendapatkan clue-clue yang mengerucut ke partai biru? Ada dua kemungkinan. Pertama, mereka menyimpulkan sendiri lalu menyampaikan ke publik. Jika memang demikian, konyol betul, lancang nian, gegabah benar, mereka. Jika begitu adanya, tak salah Demokrat menyatakan ada upaya adu domba. Tindakan yang sungguh berbahaya.

Kemungkinan kedua, mereka sudah mendapat restu dari Jokowi untuk memberikan clue-clue yang mengarah ke partai biru. Sulit diterima logika, untuk urusan yang begitu gawat, mereka jalan sendiri. Jika itu yang terjadi, Jokowi lempar batu sembunyi tangan. Buang badan. Bagi pemimpin, tokoh besar, sikap itu tak elok, sangat tidak elok.

Insinuasi tidaklah baik. Lebih baik berterus terang jika memang punya dasar yang bisa dipertanggungjawabkan. Kata sastrawan dan politikus Inggris, Lord Chesterfield, insinuasi ialah senjata yang paling berbahaya karena dapat melukai tanpa meninggalkan luka.* (mediaindonesia.com)

*) Penulis adalahDewan Redaksi Media Group

Editor
: Adelia Syafitri
Tags
komentar
beritaTerbaru