Bandung – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terus menjadi perhatian serius. Hingga Oktober 2024, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung mencatatkan 2.542 kasus DBD dengan tingkat kejadian atau incidence rate (IR) sebesar 67 per 100.000 penduduk. Tidak hanya itu, Dinkes juga melaporkan bahwa 37 orang meninggal dunia akibat penyakit ini, dengan tingkat fatalitas kasus (case fatality rate atau CFR) mencapai 1,46 persen.
Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kabupaten Bandung, Purwitasari, menyampaikan bahwa meski data kasus DBD untuk bulan November 2024 masih dalam proses pengumpulan, tingkat fatalitas kasus sudah menunjukkan penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya. “Kami terus memantau perkembangan situasi, dan meskipun CFR menurun, kami tetap meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan kasus DBD di lapangan,” ujarnya pada Jumat (13/12/2024).
Purwitasari menjelaskan bahwa intensitas hujan yang tidak merata menjadi salah satu faktor utama yang mempercepat perkembangan nyamuk Aedes aegypti, yang menjadi vektor pembawa virus dengue. Genangan air yang terbentuk akibat hujan menjadi tempat ideal bagi jentik-jentik nyamuk untuk berkembang biak. Oleh karena itu, Dinkes Kabupaten Bandung terus mengingatkan masyarakat agar lebih waspada terhadap kemungkinan lonjakan kasus DBD selama musim hujan yang biasanya berlangsung dari Oktober hingga awal tahun.Untuk mengantisipasi peningkatan jumlah kasus, Dinkes Kabupaten Bandung telah mengeluarkan surat edaran kepada puskesmas dan rumah sakit agar lebih waspada dan siap dalam menghadapi potensi lonjakan kasus DBD. Selain itu, edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan mencegah berkembangnya jentik nyamuk terus digencarkan.Sebagai langkah konkret untuk menurunkan angka kematian akibat DBD, Dinkes Kabupaten Bandung menerapkan berbagai upaya penanganan dan pencegahan. Salah satunya adalah penyelidikan epidemiologi untuk mengidentifikasi potensi sumber penularan dan melakukan screening pasien di puskesmas. Purwitasari menjelaskan bahwa Dinkes juga terus menggencarkan kampanye pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui pendekatan 3M Plus, yang meliputi menguras tempat penampungan air, menutup tempat penyimpanan air, memanfaatkan sampah bernilai ekonomis, serta menambahkan langkah-langkah pencegahan lain seperti penggunaan kelambu dan larvasida.
(JOHANSIRAIT)