RTM Malaysia Minta Maaf Usai Salah Sebut Nama Presiden Prabowo Subianto di KTT ASEAN
JAKARTA Radio Televisyen Malaysia (RTM), stasiun penyiaran publik milik pemerintah Malaysia, mengeluarkan permintaan maaf resmi atas keke
Politik
MEDAN — Dalam diskusi politik bulanan yang digelar Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara (LHKP-PWMSU), Dr Warjio, dosen Ilmu Politik FISIP Universitas Sumatera Utara (USU), memantik perbincangan serius mengenai arah dan masa depan politik Islam di Indonesia, khususnya dalam konteks transformasi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Acara yang berlangsung di Aula Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jalan Sisingamangaraja, Medan, ini juga menghadirkan Dr Faizal Riza, Dr Mujahiddin, dan Dr Amsal Nasution sebagai pembicara, dengan Dr Sahran Saputra sebagai moderator.
Kritik dan Harapan atas Transformasi PKS
Dalam paparannya, Dr Warjio menegaskan bahwa PKS sedang mengalami fase transformatif signifikan dari partai Islam bercorak fundamentalis menuju entitas yang lebih nasionalis-substansialis.
Ia menyebut, transformasi PKS bukan sekadar perubahan simbol. Tetapi upaya serius untuk menjawab tantangan zaman dan membangun kesadaran politik keindonesiaan yang lebih inklusif.
Menurut Warjio, perubahan ini ditandai oleh interpretasi ulang doktrin partai, penggunaan simbol-simbol nasional seperti Garuda Pancasila di markas DPP PKS, serta peluncuran logo dan mars baru yang tidak lagi mengedepankan simbol-simbol eksklusif Islamis. "Hal ini mencerminkan keinginan PKS untuk diterima lebih luas oleh publik Indonesia yang majemuk," tegasnya.
Namun, ia juga mengingatkan agar transformasi ini tidak berhenti pada level kosmetik. "Yang paling krusial adalah apakah perubahan ini menyentuh dimensi idiologis dan praksis kaderisasi secara mendalam," ujar Warjio. Ia menggarisbawahi pentingnya konsistensi antara doktrin Rahmatan Lil Alamin dan praksis politik yang menjunjung keadilan sosial.
Ketegangan Identitas dan Arah Ideologis
Dalam kajiannya, Warjio merujuk pada kerangka pemikiran Ikhwanul Muslimin yang sempat menjadi rujukan awal PKS, terutama dalam tahap-tahap dakwah politik (mihwar): tandzimi, sya'bi, muassasi, hingga daulah.
Namun, ia mencatat bahwa kini terjadi pergeseran penting di mana negara-bangsa (nation-state) telah diposisikan sebagai fase akhir, bukan sekadar transit menuju Khilafah.
Ia menilai bahwa ini mencerminkan kematangan politik dan penerimaan terhadap realitas geopolitik Indonesia. "Dengan mengadopsi Pancasila dan NKRI sebagai konsensus final, PKS menunjukkan adaptasi terhadap konteks lokal," jelas Warjio.
Suara Muhammadiyah: Politik sebagai Amal Shalih
JAKARTA Radio Televisyen Malaysia (RTM), stasiun penyiaran publik milik pemerintah Malaysia, mengeluarkan permintaan maaf resmi atas keke
Politik
KISARAN Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Daarul Uluum (IAIDU) Asahan resmi menggelar Pembukaan Pembekalan Praktik Pengalaman Lapangan
Pendidikan
JAKARTA Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menegaskan pentingnya transparansi bagi perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
Peristiwa
JAKARTA Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan melaporkan penerimaan pajak dari transaksi aset kripto mencapai Rp1,71 tril
Ekonomi
JAKARTA Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pekerjaan Umum (PU) berencana membangun 15 bendungan baru di era kepresidenan Prabowo Su
Pemerintahan
JAKARTA Disabilitas tidak hanya berkaitan dengan kondisi fisik. Selain disabilitas fisik yang paling terlihat, ada pula disabilitas menta
Kesehatan
JAKARTA Pengamat pendidikan Darmaningtyas meminta pemerintah membuka kembali formasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk guru, guna meningka
Pemerintahan
JAKARTA Mendaki Gunung Rinjani membutuhkan stamina prima, dan persiapan fisik dimulai dari mengisi perut dengan hidangan bernutrisi. ad
Pariwisata
BANDUNG PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tengah melakukan penyesuaian terhadap Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) untuk tahun 2026.adsense
Ekonomi
BALI Suasana khidmat menyelimuti pelaksanaan Karya Pedudusan Alit Mlaspas, Mecaru Balik Sumpah, Rsigana, Nubung Pedagingan, dan Ngenteg L
Seni dan Budaya