BREAKING NEWS
Rabu, 27 Agustus 2025

Palo Alto Networks Soroti Ancaman dan Potensi Agentic AI Jelang Hakteknas 2025

Adelia Syafitri - Kamis, 21 Agustus 2025 16:31 WIB
Palo Alto Networks Soroti Ancaman dan Potensi Agentic AI Jelang Hakteknas 2025
Ilustrasi. (foto: AI/BITV)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA (BITV) — Menjelang peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) yang diperingati setiap bulan Agustus, Palo Alto Networks menekankan pentingnya kesadaran akan pesatnya perkembangan Agentic AI di Indonesia.

Teknologi ini diyakini bukan hanya sebagai lompatan teknis, tetapi sebagai perubahan paradigma dalam cara manusia berinteraksi dengan kecerdasan buatan.

Agentic AI, berbeda dari model generatif konvensional, memiliki kemampuan untuk bernalar, merencanakan, dan mengambil keputusan secara otonom.

Baca Juga:

Potensi teknologi ini sangat besar, tetapi juga menyimpan sejumlah ancaman siber yang harus diantisipasi sejak dini.

"Salah satu takdir digital Indonesia akan sangat ditentukan oleh bagaimana kita menyikapi dan mengadopsi Agentic AI. Ini bukan sekadar soal kemajuan teknologi, tapi perubahan cara pandang terhadap masa depan digital kita," ujar Adi Rusli, Country Manager Indonesia, Palo Alto Networks, dalam keterangannya, Kamis (21/8/2025).

Baca Juga:

Dalam hasil keterlibatannya dengan berbagai organisasi di Asia Pasifik, Palo Alto Networks mengidentifikasi beberapa kerentanan utama yang menyertai pemanfaatan Agentic AI, di antaranya:

1. Prompt Injection & Manipulasi Tujuan

Peretas dapat menyisipkan perintah berbahaya dalam bentuk teks biasa yang bisa mengalihkan fungsi AI atau bahkan memaksanya membocorkan data sensitif.

2. Integrasi Tanpa Pengamanan Ketat

Agentic AI bekerja dengan berbagai API pihak ketiga. Tanpa kontrol akses yang memadai, sistem AI dapat dieksploitasi untuk melakukan tindakan ilegal atas nama pengguna atau organisasi.

3. Paparan Kredensial & Penyamaran Identitas

Risiko kebocoran API key, token, atau akses login meningkat dalam lingkungan multi-agen, yang dapat mengarah pada akses tidak sah atau penyalahgunaan identitas digital.

4. Remote Code Execution (RCE)

Jika AI diberikan akses pada interpreter atau sistem scripting, peretas bisa menyisipkan instruksi jahat yang menyebabkan AI menjalankan kode berbahaya dari jarak jauh.

"Semakin pintar sebuah sistem, semakin besar pula tanggung jawab kita untuk memastikan keamanan dan kontrol yang menyertainya," lanjut Adi.

Dalam konteks percepatan transformasi digital nasional, Adi menegaskan bahwa keamanan harus menjadi fondasi dari inovasi.

Tanpa perlindungan yang kokoh, pemanfaatan Agentic AI dapat menimbulkan risiko besar bagi data pribadi, infrastruktur digital, dan bahkan stabilitas ekonomi digital Indonesia.

"Untuk membuka potensi teknologi ini dan mengamankan masa depan digital Indonesia, keamanan siber tidak bisa dianggap sebagai opsi, melainkan kebutuhan utama," pungkasnya.

Sebagai bagian dari peringatan Hakteknas, Palo Alto Networks berharap dapat terus bekerja sama dengan pemangku kepentingan di sektor publik dan swasta dalam menciptakan ekosistem AI yang inovatif, aman, dan berkelanjutan.*

(vo/a008)

Editor
: Paul Antonio Hutapea
0 komentar
Tags
beritaTerkait
Microsoft Uji Fitur Baru di Windows 11, Bawa Akses Aplikasi Android ke PC
Elon Musk Buka Akses Grok 2.5 Sebagai Open Source, Grok 3 Menyusul Enam Bulan Lagi
Meta Resmi Jalin Kerja Sama dengan Midjourney untuk Perkuat Teknologi Visual AI
Kemenko Polkam Dorong Sumut Percepat Pembentukan Tim Tanggap Insiden Siber
Google Perkenalkan Pelatih Kesehatan Berbasis AI untuk Fitbit, Hadir Oktober 2025
Apple Rilis iOS 18.6.2 dan iPadOS 18.6.2 untuk Atasi Kerentanan Serius di Komponen Gambar
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru