BREAKING NEWS
Jumat, 18 Juli 2025

Aksi “Togak Luan” dalam Tradisi Pacu Jalur: Pahlawan Kecil dari Sungai Batang Kuantan

Indra Saputra - Jumat, 18 Juli 2025 12:15 WIB
126 view
Aksi “Togak Luan” dalam Tradisi Pacu Jalur: Pahlawan Kecil dari Sungai Batang Kuantan
Aksi “Togak Luan” dalam Tradisi Pacu Jalur: Pahlawan Kecil dari Sungai Batang Kuantan. (foto: Indra Saputra/BITV)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

KUANSING – Di tengah riuh sorak penonton dan deru kayuhan mendayung di Sungai Batang Kuantan, satu sosok mungil berdiri tegak di ujung perahu jalur.

Ia dikenal sebagai "Togak Luan", seorang anak joki yang menjadi ikon visual dan semangat dalam tradisi Pacu Jalur, lomba perahu tradisional kebanggaan masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.

Pacu Jalur bukan sekadar lomba mendayung. Ini adalah warisan budaya yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia, dan rutin digelar setiap bulan Agustus dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.

Peran Vital Anak Joki "Togak Luan"

"Togak Luan" secara harfiah berarti berdiri di haluan, dan posisi ini diisi oleh anak-anak berusia antara 8 hingga 15 tahun.

Namun jangan keliru, meski berusia muda, peran mereka bukan sembarangan.

Dengan tubuh kecil yang lincah, para joki ini berdiri di ujung jalur (perahu panjang) sambil melakukan gerakan atraktif, memberi aba-aba, dan menjadi penyeimbang saat perahu melaju kencang di sungai yang arusnya deras.

Mereka juga menjadi penyemangat utama bagi puluhan pendayung di belakang mereka, sekaligus pemeriah visual yang menyedot perhatian ribuan penonton, baik dari lokal maupun mancanegara.

Dikenal Sejak Dini, Ditempa Sejak Kecil

Para Togak Luan umumnya dipilih sejak usia dini.

Mereka dilatih keseimbangan, kelenturan, serta kemampuan berdiri tegak di ujung perahu sempit yang terus bergerak.

Dalam posisi ekstrem sekalipun, perahu oleng, gelombang tinggi, atau angin kencang, mereka tetap harus sigap menjaga postur dan ritme. Keseimbangan adalah nyawa.

Tak Hanya Tampil, Tapi Menghiasi

Togak Luan tampil dengan kostum adat berwarna cerah, lengkap dengan tengkuluk, selendang (sampur), bahkan bulang atau mahkota kecil.

Busana ini tak sekadar mempercantik tampilan, tapi juga mencerminkan identitas budaya, desa asal, dan simbol semangat tim.

Antara Ritual, Mistis, dan Budaya Lokal

Beberapa kelompok jalur masih memegang teguh tradisi spiritual.

Doa khusus, ritual adat, hingga sesaji kecil dilakukan demi keselamatan joki dan keberuntungan tim.

Sebagian masyarakat percaya, semangat dan perlindungan leluhur hadir menyertai jalur yang berlaga, menjadikan ajang ini bukan sekadar olahraga, tapi juga sarana pelestarian spiritualitas lokal.

Panggung Budaya dan Pariwisata

Aksi Togak Luan selalu dinanti. Banyak wisatawan datang ke Teluk Kuantan hanya untuk menyaksikan atraksi mereka.

Tak heran jika Pacu Jalur kini menjadi agenda budaya nasional, dengan penonton yang datang dari berbagai penjuru, bahkan pernah dihadiri pejabat tinggi negara.

Simbol Keberanian dan Persatuan

Lebih dari sekadar lomba, Pacu Jalur dan aksi Togak Luan adalah simbol kebersamaan antar-desa, semangat pantang menyerah, dan kecintaan pada budaya warisan nenek moyang.

Togak Luan adalah lebih dari sekadar anak kecil di ujung perahu.

Mereka adalah simbol keberanian, keseimbangan, dan semangat kolektif dalam menjaga warisan budaya yang telah mengakar kuat di bumi Melayu Riau.

Melalui langkah kecil di ujung jalur, mereka mengajarkan arti besar tentang dedikasi, tradisi, dan kebanggaan akan jati diri daerah.*

Editor
: Adelia Syafitri
Tags
komentar
beritaTerbaru