MEDAN – Nilai tukar rupiah mengawali perdagangan Kamis, 11 September 2025, dengan kecenderungan menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Mengacu pada data Bloomberg pukul 09.00 WIB, rupiah dibuka menguat 0,09% ke level Rp16.454 per dolarAS, dibandingkan posisi penutupan sebelumnya.
Penguatan rupiah terjadi seiring dengan melemahnya dolarAS di pasar global setelah data inflasi produsen AS mencatatkan penurunan tak terduga pada Agustus, memperkuat spekulasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga pada akhir bulan ini.
Data terbaru dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa Indeks Harga Produsen (PPI) untuk permintaan akhir turun 0,1% secara bulanan pada Agustus.
Padahal jajak pendapat Reuters sebelumnya memperkirakan kenaikan sebesar 0,3%. Secara tahunan, PPI naik 2,6%, jauh di bawah estimasi pasar sebesar 3,3%.
Kepala Strategi Pasar Corpay, Karl Schamotta, menilai tekanan inflasi di AS mulai mereda, namun risiko tetap ada.
"Peluang pemangkasan 50 basis poin memang meningkat, tetapi masih kecil. Pasar masih melihat pemangkasan 25 basis poin sebagai skenario paling realistis," ujarnya dikutip Reuters.
Berdasarkan data dari CME FedWatch Tool, pasar kini memperkirakan peluang 90% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan bulan ini, dengan kemungkinan 10% untuk pemangkasan lebih agresif sebesar 50 basis poin.
Sementara itu, pergerakan mata uang utama Asia pagi ini tercatat bervariasi:
- Yen Jepang menguat 0,05%
- Dolar Taiwan naik 0,14%
- Rupee India naik tipis 0,02%
- Dolar Hong Kong melemah 0,01%
- Won Korea turun 0,05%
- Ringgit Malaysia terkoreksi 0,01%
- Baht Thailand melemah 0,05%
- Dolar Singapura, yuan China, dan peso Filipina tercatat stagnan
Sementara itu, indeks dolarAS di pasar spot tercatat naik tipis 0,04% ke 97,81, menunjukkan pelemahan terbatas terhadap mata uang mitra dagang utamanya.
Dari dalam negeri, sentimen positif datang dari pernyataan pemerintah yang menegaskan komitmen untuk menjaga rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di kisaran 39%.
Pemerintah menegaskan tidak akan fokus mengejar level rasio utang, melainkan mendorong pertumbuhan PDB agar rasio utang menurun secara alami.
Analis dan pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan bahwa dengan kombinasi sentimen eksternal dan fundamental dalam negeri yang stabil, rupiah berpeluang ditutup menguat dalam kisaran Rp16.420–Rp16.470 per dolarAS pada hari ini.
Catatan Redaksi: Pergerakan nilai tukar sangat dipengaruhi oleh dinamika global dan regional.
Investor diimbau untuk terus memantau perkembangan makroekonomi dan kebijakan moneter baik dari dalam maupun luar negeri.*