Produser Toto Soegriwo secara tegas membantah klaim tersebut.
"Tuduhan itu tidak benar dan merupakan fitnah keji. Kami tidak menerima satu rupiah pun dana dari pemerintah," tegas Toto melalui pernyataan resminya di media sosial, Selasa (12/8).
Ia mengungkapkan bahwa tuduhan ini sangat merugikan dan telah menimbulkan tekanan mental terhadap keluarganya akibat hujatan yang beredar di media sosial.
Sementara itu, Endiarto selaku sutradara dan produser eksekutif, turut menyampaikan klarifikasi.
Menurutnya, film ini sepenuhnya digarap melalui sistem gotong royong tanpa dukungan finansial dari pemerintah.
"Kami tidak didanai pemerintah. Semua dikerjakan secara mandiri oleh tim yang urunan waktu, tenaga, dan pikiran," ujar Endiarto.
Meskipun menuai kontroversi dan desakan dari sejumlah sineas agar penayangan film ditunda, seperti yang diungkapkan oleh sutradara Hanung Bramantyo, pihak produksi tetap berkomitmen untuk menayangkan Merah Putih: One For All sesuai jadwal, tepat menjelang peringatan Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia.
Film ini diharapkan mampu menyampaikan pesan semangat cinta Tanah Air meskipun masih perlu ditinjau dari sisi teknis.*