BREAKING NEWS
Senin, 28 Juli 2025

Skizofrenia Sering Dianggap Kerasukan, Ini Fakta Sebenarnya

Adelia Syafitri - Sabtu, 24 Mei 2025 13:36 WIB
134 view
Skizofrenia Sering Dianggap Kerasukan, Ini Fakta Sebenarnya
Ilustrasi.
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA– Gangguan kejiwaan skizofrenia masih kerap disalahpahami oleh sebagian masyarakat.

Tak jarang, penderitanya dituduh mengalami kerasukan, gangguan gaib, bahkan dianggap kurang iman.

Padahal, skizofrenia adalah penyakit medis serius yang memiliki penyebab ilmiah dan membutuhkan penanganan profesional.

Baca Juga:

Dokter spesialis kejiwaan dari Siloam Hospital Bogor, dr. Lahargo Kembaren, menyampaikan bahwa skizofrenia adalah gangguan pada kemampuan seseorang dalam membedakan realitas, yang dipicu oleh berbagai faktor internal maupun eksternal.

Baca Juga:

"Penderitanya tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak nyata. Penyebab skizofrenia bersifat multifaktor, alias tidak berdiri sendiri," ujar Lahargo, Rabu (21/5).

Tiga Faktor Utama Pemicu Skizofrenia

1. Faktor Biologis

Faktor ini menjadi fondasi utama. Di otak penderita skizofrenia terjadi ketidakseimbangan neurotransmitter, zat kimia otak yang mengatur persepsi dan emosi.

Beberapa risiko biologis antara lain:

- Riwayat genetik atau keturunan gangguan jiwa

- Gangguan selama kehamilan dan persalinan

- Cedera kepala atau kejang

- Penggunaan alkohol dan narkoba

"Ini gangguan medis, seperti diabetes atau jantung. Bukan karena kerasukan atau mistis," tegas Lahargo.

2. Faktor Psikologis

Pengalaman traumatis, terutama sejak kecil, dapat meningkatkan risiko munculnya gejala skizofrenia. Contohnya:

- Kekerasan fisik, verbal, atau seksual

- Bullying di masa sekolah

- Kehilangan orang terdekat

- Tekanan hidup berlebih

3. Faktor Sosial

Lingkungan sosial yang penuh tekanan dan minim dukungan juga berperan besar. Beberapa di antaranya:

- Masalah ekonomi

- Pola asuh yang keras

- Konflik keluarga berkepanjangan

- Tekanan akademik atau pekerjaan

"Semua itu bisa jadi stressor sosial yang berat dan memperbesar risiko skizofrenia, terutama pada individu yang memang rentan secara biologis," tambah Lahargo.

Lahargo mengingatkan bahwa penderita skizofrenia atau ODS (Orang dengan Skizofrenia) bukanlah orang yang sedang mencari perhatian.

Mereka adalah pasien yang membutuhkan perawatan, dukungan, dan empati.

"Pemahaman yang tepat dari masyarakat adalah langkah awal untuk mengurangi stigma dan meningkatkan kualitas hidup penderita," pungkasnya.*

(cn/a008)

Editor
: Adelia Syafitri
Tags
komentar
beritaTerbaru