BREAKING NEWS
Senin, 29 September 2025

IDAI Pastikan Kasus MBG Bukan Alergi, Tegas Sebagai Keracunan Makanan Massal

Suci - Sabtu, 27 September 2025 19:26 WIB
IDAI Pastikan Kasus MBG Bukan Alergi, Tegas Sebagai Keracunan Makanan Massal
ilustrasi (foto : radar lambar)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA -Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyampaikan keprihatinan atas jatuhnya ribuan korban anak-anak akibat kasus keracunan massal dalam program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah sekolah. IDAI menegaskan bahwa insiden ini murni merupakan keracunan makanan, bukan alergi seperti yang sempat beredar di publik.

"Berbeda antara alergi dengan keracunan. Kalau yang makan banyak anak, dan reaksinya hanya pada satu atau dua anak, kemungkinan itu alergi makanan. Tetapi kalau korbannya terjadi serentak dan masal setelah makan makanan yang sama, maka bisa dipastikan ini adalah fenomena keracunan makanan," jelas Ketua Pengurus Pusat IDAI, Dr. dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A, Subsp.Kardio(K).

Baca Juga:
Perbedaan Keracunan dan Alergi Makanan

Ketua Unit Kerja Koordinasi Emergensi dan Terapi Intensif Anak (UKK ETIA) IDAI, dr. Yogi Prawira, Sp.A, Subs ETIA(K), memaparkan sejumlah perbedaan antara keracunan dan alergi makanan.

Penyebab:

Keracunan makanan: akibat makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri, racun, parasit, virus, atau bahan kimia.

Alergi makanan: reaksi sistem imun terhadap protein tertentu dalam makanan.

Siapa yang bisa terkena:

Baca Juga:
Keracunan makanan: dapat menyerang siapa saja yang mengonsumsi makanan tercemar.

Alergi makanan: hanya individu dengan sensitivitas khusus.

Waktu muncul gejala:

Keracunan: beberapa jam hingga dua hari setelah konsumsi.

Alergi: dalam hitungan menit hingga beberapa jam.

Gejala Keracunan vs Alergi

Gejala keracunan makanan: mual, muntah, diare, sakit perut, demam, hingga pusing.

Baca Juga:
Gejala alergi makanan: gatal, bengkak pada bibir atau kelopak mata, biduran, sesak napas, bahkan penurunan kesadaran.

"Keracunan bisa menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) karena satu sumber makanan mencemari banyak orang. Sementara alergi tidak menular dan hanya menyerang individu tertentu," terang dr. Yogi.

Kapan Harus ke Dokter?

Meski sebagian besar keracunan makanan tidak berakibat fatal, beberapa kasus memerlukan rawat inap dan dapat menimbulkan komplikasi serius seperti gangguan ginjal, peradangan sendi, hingga gangguan saraf.

Orang tua dan guru diminta waspada jika anak mengalami gejala berikut:

Muntah berulang.

Diare berdarah.

Baca Juga:
Diare lebih dari tiga hari.

Urine pekat dan sedikit.

Bibir kering dan rasa haus berlebihan.

Demam di atas 38°C.

"Penting untuk mengedukasi orang tua, guru, bahkan anak-anak, bahwa jika setelah mengonsumsi makanan atau minuman lalu muncul gejala parah, segera dibawa ke dokter," tegas dr. Yogi.*

(id/j006)

Editor
: Suci
0 komentar
Tags
beritaTerkait
Kemenkes Respons Isu dr. Piprim Tak Bisa Layani Pasien BPJS di RSCM
Imbas Kebijakan Kemenkes, Dokter Piprim Tak Lagi Layani Pasien BPJS di RSCM
IDAI Dorong Pemerintah Perluas Program Cek Kesehatan Gratis untuk Anak Putus Sekolah
IDAI Aceh Gelar Serangkaian Kegiatan Peringati Pekan Menyusui Sedunia 2025
Ketua Umum IDAI Soroti Gelombang Mutasi Dokter: Pemerataan atau Ketimpangan?
Ketua IDAI Sumut dr Rizky Adriansyah Diberhentikan Sepihak oleh RSUP H Adam Malik, Diduga Terkait Kritik Mutasi Dokter
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru