BREAKING NEWS
Jumat, 17 Oktober 2025

Mengapa Orang Berselingkuh Meski Sudah Punya Segalanya? Ini 5 Alasan Menurut Ahli

Adelia Syafitri - Selasa, 19 Agustus 2025 22:19 WIB
Mengapa Orang Berselingkuh Meski Sudah Punya Segalanya? Ini 5 Alasan Menurut Ahli
Ilustrasi. (foto: Freepik)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA Perselingkuhan bukanlah fenomena baru.

Namun yang selalu menarik perhatian publik adalah pertanyaan: mengapa seseorang yang tampaknya memiliki hidup ideal, keluarga harmonis, karier mapan, dan reputasi baik, justru mengambil risiko besar untuk menjalani hubungan terlarang?

Pertanyaan tersebut kembali mengemuka setiap kali muncul kasus perselingkuhan publik figur atau tokoh masyarakat yang ramai diperbincangkan di media.

Menurut Lisa Oake, seorang konselor eksekutif dan terapis pasangan, pelaku perselingkuhan pada umumnya bukanlah sosok jahat atau pribadi bermasalah.

Sebaliknya, mereka adalah individu yang selama ini dikenal bertanggung jawab, pekerja keras, bahkan penuh kasih dalam peran sosial dan keluarganya.

"Dalam kehidupan setiap orang, ada saat ketika api dalam dirinya padam. Lalu ia menyala kembali karena pertemuan dengan manusia lain," ujar Oake.

Pernyataan itu menjadi kunci untuk memahami bahwa perselingkuhan sering kali tidak dimulai dari niat jahat, melainkan dari gejolak batin yang lama terpendam.

Berikut lima alasan umum yang sering menjadi pemicu seseorang berselingkuh, menurut Oake:

1. Selalu Menjadi "Orang Baik"

Banyak individu dibesarkan untuk selalu mematuhi norma: menyenangkan orang tua, belajar tekun, menikah, dan hidup sesuai ekspektasi.

Namun dalam proses tersebut, mereka sering kali kehilangan kesempatan untuk mengenal jati dirinya sendiri.

Ketika perasaan hampa muncul, terutama di usia paruh baya, hubungan terlarang bisa terasa seperti jawaban atas kekosongan tersebut, sebuah pencarian jati diri yang telah lama terpendam.

2. Perfeksionisme yang Menekan

Sebagian pelaku perselingkuhan merupakan pribadi perfeksionis, yang menuntut kesempurnaan dari diri sendiri dan orang lain.

Hal ini kerap kali berakar dari pengalaman masa kecil yang penuh tekanan atau trauma.

Menurut Oake, "Perfeksionisme adalah cara seseorang menciptakan rasa aman dalam dunia yang tak terduga."

Ketika tekanan itu terlalu berat, perselingkuhan bisa menjadi bentuk pelarian dan kebebasan dari ekspektasi yang mengekang.

3. Batas Diri yang Lemah

Seseorang yang terbiasa mengutamakan kebutuhan orang lain sejak kecil sering kesulitan menetapkan batas antara tanggung jawab sosial dan kepentingan pribadi.

Setelah sekian lama mengabaikan diri sendiri, muncul dorongan kuat untuk memprioritaskan kebahagiaan pribadi, yang terkadang diwujudkan melalui hubungan di luar pernikahan.

4. Hubungan Intim yang Sudah Dingin

Tidak semua pasangan yang berselingkuh berasal dari rumah tangga yang sehat.

Beberapa mengalaminya setelah bertahun-tahun menjalani pernikahan tanpa kehangatan emosional, bahkan dalam kondisi penuh tekanan, kekerasan verbal, atau pengabaian.

Dalam kasus seperti ini, perselingkuhan bukan semata-mata bentuk pengkhianatan, melainkan respons terhadap kebutuhan akan pengakuan, perhatian, dan rasa aman yang sudah lama hilang.

5. Mengalami Kehilangan Besar

Peristiwa kehilangan besar, seperti wafatnya orang tua, perceraian, atau kehilangan pekerjaan, sering kali mengguncang identitas seseorang.

Dalam masa-masa rawan tersebut, seseorang menjadi lebih terbuka terhadap hubungan baru yang menawarkan kenyamanan emosional.

"Kehilangan membuat kita lebih terbuka terhadap perubahan, termasuk yang merusak," jelas Oake.

Fenomena perselingkuhan adalah topik kompleks yang tidak bisa disederhanakan sebagai sekadar masalah moral.

Dalam banyak kasus, terdapat lapisan-lapisan emosional, psikologis, bahkan eksistensial yang perlu dipahami secara mendalam.

Meskipun tidak dapat dibenarkan, memahami alasan di balik tindakan tersebut dapat menjadi langkah awal untuk membangun komunikasi yang lebih sehat dalam hubungan, serta mendorong kesadaran diri akan pentingnya mengenali dan merawat kebutuhan emosional pribadi.*

(vo/a008)

Editor
:
0 komentar
Tags
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru