Washington D.C. – Amerika Serikat (AS) mengungkapkan kemarahan dan kekecewaan yang mendalam setelah Israel dilaporkan menembaki pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Lebanon. Insiden tersebut terjadi di tengah konflik yang berkepanjangan antara Israel dan kelompok bersenjata Hizbullah. Presiden AS, Joe Biden, mendesak Israel untuk segera menghentikan serangan setelah dua insiden penembakan terjadi dalam kurun waktu 48 jam.
Pada Jumat, 11 Oktober 2024, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengakui tanggung jawab atas insiden yang melukai dua tentara Sri Lanka yang bertugas untuk Pasukan Sementara PBB di Lebanon (Unifil). IDF mengklaim bahwa pasukannya melepaskan tembakan setelah mengidentifikasi adanya ancaman di sekitar pangkalan Unifil yang terletak di Naqoura. Mereka menyatakan bahwa insiden tersebut akan diselidiki secara menyeluruh.
Sebelumnya, pada Kamis, 10 Oktober 2024, dua tentara Indonesia yang juga bertugas dalam misi Unifil terluka akibat jatuh dari menara observasi setelah tank Israel menembaki posisi mereka. Insiden ini semakin menambah ketegangan yang sudah meningkat di kawasan tersebut.
Menanggapi serangan tersebut, para pemimpin Prancis, Italia, dan Spanyol mengeluarkan pernyataan bersama yang mengutuk tindakan Israel. Mereka menegaskan bahwa serangan tersebut tidak dapat dibenarkan dan harus segera dihentikan. Kementerian Luar Negeri Sri Lanka juga mengeluarkan pernyataan tegas, mengutuk serangan IDF yang melukai dua tentaranya.
Jean-Pierre Lacroix, Kepala Pasukan Penjaga Perdamaian PBB, menyatakan bahwa ada alasan untuk percaya bahwa beberapa penembakan terhadap posisi PBB di Lebanon selatan dilakukan secara langsung. Meskipun ia tidak secara langsung menyalahkan Israel, ia mencatat adanya kerusakan yang menunjukkan adanya tembakan langsung, termasuk kerusakan pada kamera di salah satu posisi.
Kondisi di Lebanon
Situasi di Lebanon semakin memburuk dengan terus berlanjutnya serangan antara IDF dan Hizbullah. Pada hari yang sama, IDF melaporkan bahwa sekitar 100 roket telah diluncurkan dari Lebanon ke arah utara Israel dalam waktu setengah jam. Dua kendaraan udara tak berawak (UAV) juga terdeteksi melintas dari Lebanon, salah satunya berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Israel.
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa tiga orang, termasuk seorang gadis berusia dua tahun, tewas dalam serangan udara Israel di kota Sidon, Lebanon selatan. Selain itu, dua tentara Lebanon dilaporkan tewas setelah IDF menargetkan pos militer di Kafra, Lebanon selatan. Perdana Menteri Lebanon juga mengonfirmasi bahwa serangan tersebut terjadi tanpa peringatan, menewaskan 22 warga sipil dan melukai 117 orang lainnya.
Respons Israel dan Potensi Eskalasi
Hingga saat ini, Israel belum memberikan komentar resmi terkait serangan yang menewaskan warga sipil di Lebanon. Dengan meningkatnya ketegangan dan kritik internasional terhadap tindakan IDF, situasi di kawasan ini berpotensi semakin memburuk. PBB dan sejumlah negara lain mendesak agar semua pihak yang terlibat untuk menahan diri dan menghindari tindakan yang dapat memperburuk kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut.
Ketegangan antara Israel dan Hizbullah, serta dampak yang ditimbulkan pada pasukan penjaga perdamaian PBB, menunjukkan bahwa konflik ini tidak hanya berdampak pada keamanan regional tetapi juga menimbulkan pertanyaan serius tentang perlindungan misi kemanusiaan di kawasan yang dilanda konflik. Dunia internasional kini menunggu langkah selanjutnya dari semua pihak yang terlibat untuk meredakan situasi dan menghindari eskalasi lebih lanjut.
(N/014)
Biden Desak Israel Hentikan Serangan Setelah Penembakan Pasukan PBB di Lebanon!