PAPUA PEGUNUNGAN – Ketegangan dan ketidakamanan merayap di proses rekapitulasi Pemilihan Umum di Papua Pegunungan. Komisioner KPU Papua Pegunungan, Theodorus Kossay, menjelaskan alasan dramatis di balik perpindahan lokasi rekapitulasi dari Wamena ke Jayapura, sebuah langkah yang mencerminkan tantangan besar dalam menjalankan demokrasi di wilayah tersebut.
Awalnya, saksi PDIP menyoroti perpindahan lokasi tersebut, mengingat jarak yang jauh antara Wamena dan Jayapura. Namun, Theodorus membeberkan bahwa situasi tidak kondusif di Wamena menjadi alasan utama perpindahan tersebut.
“Saat rekapitulasi di Kabupaten Tolikara berlangsung, situasi tidak aman di Aula Kantor Distrik Bokondini, Tolikara, menyebabkan perpindahan lokasi ke Jayawijaya,” ungkap Theodorus.
Namun, bahkan di Jayawijaya, ketegangan masih berlanjut. Banyaknya protes dari masyarakat membuat hotel yang menjadi tempat rekapitulasi tidak memberikan izin kepada KPU.
“Kami merasa tidak nyaman dengan keberadaan masyarakat yang memprotes di hotel tersebut,” jelas Theodorus.
Peristiwa tidak aman ini juga diakui oleh pihak keamanan, dengan Kapolres mengeluarkan surat peringatan atas keberadaan senjata tajam yang membahayakan.
“Kami berupaya melakukan rekapitulasi di beberapa lokasi, termasuk Hotel Horison di Jayapura, namun gangguan dari sebagian masyarakat masih terjadi,” tambahnya.
Perjalanan panjang ini mencapai puncaknya saat rekapitulasi akhirnya berlangsung di Hotel Fox, Jayapura, dengan permintaan perlindungan dari pihak keamanan.
Ketua KPU RI, Hasyim Asy’ari, menekankan pentingnya mencatat kejadian ini dalam catatan khusus, mengingat rekapitulasi seharusnya dilakukan di kantor KPU setempat.
Kisah perpindahan lokasi rekapitulasi di Papua Pegunungan menjadi cerminan tantangan berat yang dihadapi dalam menjaga demokrasi, di mana keamanan dan stabilitas sangat diperlukan untuk memastikan proses pemilu berjalan lancar.
(AS)
KPU Papua Pegunungan Pindahkan Lokasi Rekapitulasi ke Jayapura