BREAKING NEWS
Minggu, 27 Juli 2025

Stok Beras Melimpah, Harga Naik? Ini Kata Guru Besar UGM

Abyadi Siregar - Jumat, 11 Juli 2025 15:26 WIB
133 view
Stok Beras Melimpah, Harga Naik? Ini Kata Guru Besar UGM
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA – Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) memproyeksikan produksi beras Indonesia akan mencapai 35,6 juta ton pada musim tanam 2025/2026.

Angka ini tercantum dalam Food Outlook Biannual Report on Global Food Markets yang dirilis FAO pada Juni 2025 lalu.

Merespons hal tersebut, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Subejo, menilai capaian ini sebagai sinyal positif.

Baca Juga:

Namun, ia mengingatkan pentingnya strategi jangka panjang berbasis sains dan teknologi agar lonjakan produksi bisa berkelanjutan dan tidak bersifat sementara.

"Tingginya produksi tahun ini disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk iklim yang relatif kondusif," kata Subejo dalam keterangan tertulis, Jumat (11/7/2025).

Baca Juga:

Menurutnya, berbeda dari dua tahun sebelumnya di mana hujan baru turun pada Februari, musim tanam kali ini diuntungkan dengan curah hujan yang cukup sejak akhir tahun lalu.

Hal itu berdampak pada meningkatnya luas tanam padi.

Subejo juga mencatat bahwa pencapaian tahun ini tergolong tinggi dalam tujuh tahun terakhir, meski belum melampaui produksi tahun 2018.

Selain iklim, kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) turut menjadi faktor penting.

Dengan harga gabah kering panen ditetapkan Rp 6.500 per kilogram, petani mendapat kepastian harga dan merasa lebih aman dalam mengelola usaha tani mereka.

"Kepastian harga mengurangi fluktuasi pasar yang sebelumnya sering merugikan petani saat panen raya," ujarnya.

Namun di sisi lain, kebijakan ini dinilai berkontribusi pada kenaikan harga beras di tingkat konsumen.

Bahan baku yang lebih mahal menyebabkan lonjakan harga beras, yang pada akhirnya menekan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah.

"Jika tidak ada intervensi dalam rantai pasok atau efisiensi pengolahan, harga beras bisa menembus di atas harga eceran tertinggi," kata Subejo.

Sebagai solusi jangka menengah, Subejo menyarankan penguatan efisiensi pascapanen melalui penggunaan teknologi modern seperti mesin pengering, penggilingan canggih, dan sistem distribusi berbasis energi terbarukan, seperti tenaga surya.

Langkah ini dinilai bisa memangkas biaya produksi, meningkatkan kualitas beras, sekaligus menjaga stabilitas harga di tingkat konsumen.

Meskipun produksi meningkat sekitar 4,5%, produktivitas nasional Indonesia disebut masih tertinggal dibanding negara-negara tetangga.

Rata-rata produktivitas padi nasional baru mencapai 5,2 ton per hektare, lebih rendah dari Vietnam dan Thailand yang berada di kisaran 6 ton per hektare.

Subejo menekankan pentingnya pendampingan teknis dan pemilihan varietas unggul, pengendalian hama yang tepat, serta manajemen air yang berkelanjutan.

"Ruang pengembangan masih terbuka. Kuncinya ada pada riset, inovasi, dan dukungan kebijakan yang tepat sasaran," pungkasnya.*

(bs/a008)

Editor
: Paul Antonio Hutapea
Tags
komentar
beritaTerbaru
Rakyat dan Politik Cari Makan

Rakyat dan Politik Cari Makan

OlehUmbu TW ParianguBELAKANGAN ini, rakyat terus ditampar oleh berbagai pemandangan sosial, politik, dan ekonomi yang memilukan. Problem ke

Opini