BREAKING NEWS
Sabtu, 25 Oktober 2025
Resensi Film

2 Fast 2 Furious: Ketika Kultur JDM Jadi Simbol Gaya Hidup dan Kebebasan

Abyadi Siregar - Jumat, 24 Oktober 2025 09:53 WIB
2 Fast 2 Furious: Ketika Kultur JDM Jadi Simbol Gaya Hidup dan Kebebasan
Poster Film 2 Fast 2 Furious (2003). (foto: GooglePlay)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

Oleh: Leonardus Aji Wibowo

FILM 2 Fast 2 Furious (2003) menjadi salah satu karya yang menanamkan nilai-nilai itu secara mendalam, menjadikannya lebih dari sekadar tontonan penuh adrenalin.

Dua dekade setelah perilisannya, gema suara mesin turbo dan lampu neon dari film ini masih terasa. Bahkan hingga ke jalanan Indonesia.

Baca Juga:

Disutradarai oleh John Singleton, 2 Fast 2 Furious merupakan sekuel dari film The Fast and The Furious (2001). Film ini dibintangi oleh Paul Walker sebagai Brian O'Conner, Tyrese Gibson sebagai Roman Pearce, Eva Mendes sebagai Monica Fuentes, dan Cole Hauser sebagai Carter Verone.

Dirilis pada 6 Juni 2003, film ini diproduksi oleh Universal Pictures dengan anggaran sebesar USD 76 juta dan berhasil meraih pendapatan box office global lebih dari USD 236 juta.

Kesuksesan film ini tidak hanya dari segi finansial. 2 Fast 2 Furious mendapatkan berbagai nominasi seperti MTV Movie Awards 2004 (Best On-Screen Team) dan Teen Choice Awards 2003 (Choice Movie – Action).

Namun, keberhasilan sejatinya justru datang dari dampak budaya yang diciptakannya. Film ini memperkenalkan kepada dunia mobil-mobil JDM
(Japanese Domestic Market) seperti Nissan Skyline GT-R R34, Mitsubishi Lancer Evolution VII, dan Toyota Supra, yang kemudian menjadi ikon global dan simbol kebebasan generasi muda.

2 Fast 2 Furious bukan hanya menampilkan aksi balap liar yang memacu adrenalin. Tetapi juga menyoroti budaya otomotif Jepang yang sarat akan kreativitas dan karakter.

Sebelum film ini muncul, mobil-mobil JDM hanya dikenal di kalangan penggemar otomotif tertentu. Namun setelah film ini dirilis, mobil Jepang bertransformasi menjadi simbol gaya hidup baru—keren, cepat, dan penuh karakter.

Kultur JDM sendiri lahir dari semangat DIY (do it yourself). Di mana pemilik mobil memodifikasi kendaraan mereka agar tampil unik dan mencerminkan kepribadian. Filosofi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi generasi muda di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Film ini seakan mempopulerkan gagasan bahwa mobil bukan hanya alat transportasi, melainkan ekstensi dari identitas diri—sesuatu yang dibangun dengan kerja keras, imajinasi, dan rasa bangga.

Dampak budaya dari 2 Fast 2 Furious terasa kuat hingga Indonesia. Sejak awal 2000-an, setelah film ini meledak di pasaran, komunitas otomotif Tanah Air mulai menjadikan gaya modifikasi JDM sebagai acuan utama.

Editor
: Adelia Syafitri
0 komentar
Tags
beritaTerkait
Belajar Jadi Dewasa Lewat Tujuh Tawa Kecil: Makna Rumah dalam 1 Kakak 7 Ponakan
Pertamina Hulu Indonesia Sabet 4 Penghargaan di Media Relations Awards 2025
DJP Siapkan Insentif Pajak untuk Dorong Industri Film Nasional Tumbuh Lebih Kompetitif
Tawa di Tengah Teror Nenek Gayung
Netizen Wajib Nonton! Banjong Pisanthanakun Puji Akting Vino G. Basti dalam Film Shutter
LPS Catat Indeks Menabung Warga Indonesia Turun, Ini Penyebabnya
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru