Pembukaan Gemes ke-8 ditandai dengan pemukulan gendang Melayu oleh Wali Kota Medan, Rico Tri Putra Bayu Waas, yang turut menampilkan kemampuan memukul gendang dengan irama zapin.
Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Sultan Deli XIV Sultan Mahmud Arya Lamantjiji Perkasa Alam Shah, Wakil Ketua DPRD Medan Zulkarnain, Sekda Kota Medan Wiriya Alrahman, serta para delegasi dari dalam dan luar negeri seperti dari Kuala Lumpur, Singapura, Thailand, dan India.
Dalam sambutannya, Wali Kota Medan menegaskan bahwa budaya Melayu bukan sekadar identitas etnis, melainkan jiwa yang hidup dalam pantun, gurindam, zapin, dan adat istiadat yang harus terus dilestarikan.
"Saya percaya saya berjiwa Melayu tulen, meski bukan terlahir dari etnis Melayu," kata Rico Waas.
Ia juga menyoroti pentingnya Istana Maimun sebagai simbol kejayaan Kesultanan Deli yang harus dijaga dan menjadi sarana promosi kebudayaan Melayu kepada dunia.
"Dengan Gemes, kita perkenalkan budaya Melayu bukan sebagai objek, tetapi subjek yang kuat dan berdaya," ujarnya.
Menteri Pariwisata RI yang diwakili Direktur Poltekpar Medan, Dr. Ngatemin, mengapresiasi Pemerintah Kota Medan atas keberhasilan memasukkan Gemes ke dalam agenda KEN 2025.
Ia berharap event ini menjadi daya tarik wisata sekaligus mendorong pengembangan ekonomi kreatif.