BREAKING NEWS
Sabtu, 06 September 2025

Wagub Giri Prasta Ingatkan: Boleh Maju, tapi Jangan Tercerabut dari Akar Adat dan Budaya

Fira - Kamis, 04 September 2025 18:11 WIB
Wagub Giri Prasta Ingatkan: Boleh Maju, tapi Jangan Tercerabut dari Akar Adat dan Budaya
Wakil Gubernur Bali, I Nyoman Giri Prasta saat menghadiri Upacara Manusa Yadnya Mapetik, Menek Kelih, dan Metatah Massal di Banjar Tunjung Sari, Peguyangan Kangin, Denpasar Utara, Kamis (4/9/2025). (foto: Ist/BITV)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

DENPASAR – Wakil Gubernur Bali, I Nyoman Giri Prasta, menegaskan pentingnya menjaga akar budaya dan adat istiadat di tengah derasnya arus modernisasi.

Hal tersebut ia sampaikan dalam sambramawacana saat menghadiri Upacara Manusa Yadnya Mapetik, Menek Kelih, dan Metatah Massal di Banjar Tunjung Sari, Peguyangan Kangin, Denpasar Utara, Kamis (4/9/2025).

"Krama Bali boleh maju mengikuti perkembangan zaman, tetapi jangan sampai tercerabut dari akar adat dan budaya kita sendiri," ujar Giri Prasta.

Baca Juga:

Sebagai Guru Wisesa, ia menyampaikan rasa terima kasih dan kebanggaannya kepada Krama Banjar Tunjung Sari atas semangat kolektif mereka dalam nangun yadnya, sebuah bentuk pengabdian melalui pelaksanaan upacara keagamaan Hindu yang rutin dan sakral.

Mantan Bupati Badung dua periode itu menyatakan bahwa pelaksanaan upacara keagamaan seperti mecaru, pawiwahan, ngotonin, mesangih, Galungan, Nyepi, hingga Kuningan, membutuhkan tenaga, waktu, dan biaya besar dari masyarakat.

Baca Juga:

Untuk itu, Giri menegaskan pentingnya kehadiran pemerintah dalam meringankan beban umat.

"Itu sudah saya terapkan sejak menjadi Bupati Badung. Saya bangga karena Wali Kota Denpasar juga menerapkan kebijakan serupa," tuturnya.

Sebagai bentuk konkret dukungan, Giri Prasta menyerahkan punia sebesar Rp50 juta kepada panitia karya serta bantuan Rp5 juta untuk Sekaa Gong Banjar Tunjung Sari.

Dalam kesempatan itu, Giri Prasta juga menjelaskan makna filosofis dari masing-masing tahapan Manusa Yadnya.

Misalnya, mapetik yang kerap dianggap sekadar pemotongan rambut balita, sesungguhnya merupakan penanda transformasi seorang anak menjadi manusia seutuhnya.

Terkait upacara metatah, ia mengingatkan pentingnya atur piuning di merajan serta menyiapkan klungah dan banten peras sebagai pijakan peserta, agar upacara masuk dalam kategori utamaning utama.

Ia juga menyoroti kebiasaan masyarakat Hindu yang kerap menjawab makna tradisi dengan ungkapan "nak mule keto" (memang dari dulu begitu).

Editor
: Adelia Syafitri
0 komentar
Tags
beritaTerkait
Puncak Gerhana Bulan Total di Bali Terjadi 8 September 2025, BMKG Imbau Warga Manfaatkan Momen Langka
Akhir Pekan Berawan, Warga Bali Diimbau Tetap Waspada Perubahan Cuaca
Wagub Giri Prasta Hadiri Karya di Desa Adat Kutuh: "Budaya dan Adat Bali Adalah Pondasi Utama"
Ini Bahasa Tertua di Dunia yang Masih Digunakan Hingga Kini!
Eddy Soeparno: Demonstrasi Jangan Lagi Disusupi Aksi Anarkis dan Perusakan Fasilitas Umum
Tulisan Provokatif Muncul di Wilayah Dentim, Polsek Denpasar Timur Bergerak Cepat Bersihkan
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru