BREAKING NEWS
Selasa, 04 November 2025

Mengenang Munir Said Thalib: 21 Tahun Kematian Sang Pejuang HAM yang Masih Menyisakan Luka

- Minggu, 07 September 2025 13:42 WIB
Mengenang Munir Said Thalib: 21 Tahun Kematian Sang Pejuang HAM yang Masih Menyisakan Luka
Aktivis HAM, Munir Said Thalib (Munir). (foto: kompaspedia)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

MEDAN – Tepat 21 tahun yang lalu, Indonesia kehilangan salah satu pejuang hak asasi manusia terbaiknya, Munir Said Thalib, dalam sebuah tragedi yang masih menyisakan banyak pertanyaan hingga hari ini.

Munir tewas diracun saat berada di udara, dalam penerbangan menuju Belanda, 7 September 2004.

Hingga kini, publik terus mendesak negara untuk menuntaskan kasus pembunuhan tersebut secara transparan dan tuntas.

Aktivis HAM yang Konsisten Melawan Ketidakadilan

Munir dikenal sebagai sosok vokal dan tanpa kompromi dalam memperjuangkan HAM di Indonesia.

Ia konsisten membela korban pelanggaran HAM berat, mulai dari kasus pembunuhan buruh perempuan Marsinah, penghilangan paksa aktivis 1997–1998, hingga tragedi penembakan mahasiswa Tragedi Semanggi.

Aktivitas Munir tidak hanya sebatas advokasi hukum.

Ia juga lantang mengkritik kebijakan militer di Aceh, terutama saat diberlakukannya status darurat militer.

Perjuangannya menjadikannya simbol perlawanan terhadap kekuasaan yang represif, tetapi sekaligus membuatnya menjadi target.

Diracun di Udara, Dibungkam dalam Perjalanan ke Belanda

Munir wafat dalam penerbangan Garuda Indonesia GA-974 dari Jakarta menuju Amsterdam.

Hasil autopsi yang dilakukan di Belanda menyebutkan bahwa arsenik dalam dosis tinggi menjadi penyebab kematiannya.

Ia sempat transit di Singapura dalam kondisi mulai tidak sehat, sebelum akhirnya meninggal dunia beberapa jam setelah pesawat kembali mengudara.

Penyelidikan kasus ini sempat menyeret beberapa nama, termasuk pilot Garuda Indonesia dan pejabat Badan Intelijen Negara (BIN).

Namun, hingga kini, publik menilai proses hukum atas kematian Munir belum menyentuh aktor intelektual utama di balik pembunuhan tersebut.

Jejak Perjuangan: Dari LBH hingga Imparsial

Munir lahir di Kota Batu, Jawa Timur, pada 8 Desember 1965.

Ia merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara dari pasangan Said Thalib dan Jamilah.

Selepas menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Munir mengawali karier sebagai relawan di LBH Surabaya, lalu menjadi kepala pos LBH di Malang.

Dedikasinya dalam membela korban pelanggaran HAM berlanjut ketika ia menjadi Koordinator KontraS (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) dan mendirikan Imparsial, lembaga yang berfokus pada isu-isu HAM dan keamanan di Indonesia.

Penghargaan Internasional dan Pengakuan Dunia

Konsistensinya dalam membela korban ketidakadilan membuat Munir mendapatkan sejumlah penghargaan internasional, antara lain:

- The Right Livelihood Award di Swedia (2000), sering disebut sebagai "Nobel Alternatif".

- Masuk dalam daftar 20 Pemimpin Muda Dunia versi Asiaweek (1999).

- Tokoh 1998 versi majalah Ummat.

Meski jasad Munir telah tiada, perjuangannya terus hidup melalui berbagai gerakan masyarakat sipil.

Museum Omah Munir di Kota Batu menjadi salah satu simbol perlawanan terhadap lupa dan pengingkaran keadilan.

Setiap tahun, tanggal 7 September diperingati sebagai momen refleksi dan desakan kepada negara untuk menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM berat, termasuk pengungkapan dalang pembunuhan Munir.

21 Tahun Berlalu, Publik Masih Menunggu Keadilan

Hingga kini, belum ada kepastian hukum yang dianggap adil oleh publik dalam kasus kematian Munir.

Berbagai organisasi masyarakat sipil, keluarga korban, hingga aktivis HAM mendesak pemerintahan saat ini untuk membuka kembali penyelidikan kasus tersebut secara menyeluruh dan independen.

"Keadilan untuk Munir adalah keadilan untuk seluruh rakyat Indonesia," begitu salah satu seruan yang terus digaungkan setiap tahunnya dalam aksi #MenolakLupa.*

(km/a008)

Editor
:
0 komentar
Tags
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru