BITVONLINE.COM -Di tengah dinamika ekonomi Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis kabar yang menjadi sorotan pada bulan April 2024. Harga beras, salah satu komoditas makanan pokok, akhirnya mengalami penurunan setelah menunjukkan tren inflasi yang konsisten selama 8 bulan berturut-turut sejak Agustus 2023.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan fenomena menarik ini dalam sebuah konferensi pers di Jakarta. Turunnya harga beras di 28 provinsi di Indonesia memberikan andil signifikan terhadap deflasi bulan April, yang mencapai 0,12%. Ini menjadi angin segar dalam perhitungan inflasi dan keseimbangan ekonomi domestik.
Penurunan harga beras tersebut dipicu oleh dimulainya panen raya di Indonesia. Namun, data BPS juga mencatat bahwa tidak semua provinsi mengalami penurunan harga beras. Ada 8 provinsi lainnya yang masih mengalami inflasi, menunjukkan variasi dalam pola konsumsi dan produksi beras di berbagai wilayah.
Amalia menyoroti bahwa ada perbedaan struktur permintaan dan suplai beras antar wilayah yang menjadi faktor penting. Misalnya, suku Minang di Riau cenderung lebih menyukai varietas beras Solok, sementara penduduk Kalimantan memilih mengkonsumsi varietas beras lokal mereka. Hal ini menunjukkan preferensi konsumen yang cenderung inelastis terhadap beras lokal, yang tidak segera terpengaruh oleh pasokan beras dari luar wilayah.
Mengamati hal ini, penting bagi pengambil kebijakan dan pelaku ekonomi untuk memahami dinamika kompleks dalam rantai pasok beras di Indonesia. Sementara panen raya menjadi momen penting, perbedaan preferensi dan pola konsumsi masyarakat setempat juga turut menentukan pergerakan harga beras, terutama beras lokal.
Pola konsumsi yang inelastis menunjukkan pentingnya pengembangan produksi beras lokal yang berkelanjutan dan meningkatkan kualitasnya. Dengan demikian, penurunan harga beras di masa panen raya dapat lebih merata di berbagai wilayah, menciptakan stabilitas harga yang lebih baik dan mengurangi tekanan inflasi pada bahan makanan pokok.
Dalam konteks lebih luas, fenomena ini memberikan gambaran dinamika ekonomi lokal yang terkait erat dengan kebiasaan konsumsi dan produksi pangan masyarakat. Kondisi ini juga menjadi tantangan bagi pemerintah dan pelaku ekonomi dalam mencapai keseimbangan antara pasokan dan permintaan beras, serta mendukung preferensi konsumen lokal.
(N/014)
Mengapa Harga Beras Sulit Turun di 8 Provinsi? Ini Menurut BPS