BREAKING NEWS
Senin, 03 November 2025

Revitalisasi Pendidikan Nasional di Era Baru: Sinergi Kinerja dan Arah Transformasi

Redaksi - Jumat, 09 Mei 2025 07:52 WIB
Revitalisasi Pendidikan Nasional di Era Baru: Sinergi Kinerja dan Arah Transformasi
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

Oleh:Muhammad Fauzinuddin Faiz

SEJAK diperkenalkan secara resmi oleh Presiden Prabowo Subianto pada 3 Mei 2025 dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025, program hasil terbaik cepat (PHTC) menjadi tonggak penting yang menandai arah kebijakan pendidikan di era kepemimpinan baru.

Menarik untuk diamati bagaimana program yang dikoordinasikan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) itu bergerak melampaui pendekatan konvensional dalam membangun ekosistem pendidikan nasional, khususnya dalam transformasi berbasis digital.

Dari pengamatan terhadap implementasi awal, program itu menawarkan tiga dimensi perubahan yang layak dicermati: revitalisasi infrastruktur digital, penguatan kapasitas tenaga pendidik, dan pergeseran paradigma kebijakan berbasis dampak. Ketiga elemen itu, jika dilihat dari perspektif kebijakan publik, mengindikasikan upaya meningkatkan pemerataan mutu yang lebih terstruktur dibandingkan inisiatif serupa pada periode sebelumnya.

REVITALISASI INFRASTRUKTUR DAN EKOSISTEM DIGITAL

Salah satu elemen yang paling kentara dari revitalisasi pendidikan di bawah koordinasi Kemendikdasmen adalah akselerasi pemerataan infrastruktur digital. Dalam PHTC, ada penekanan besar pada digitalisasi sarana belajar, dari penyediaan perangkat TIK, platform pembelajaran daring, hingga penguatan jaringan internet sekolah-sekolah di daerah tertinggal.

Menurut data yang dipublikasikan melalui TVRI dan kanal resmi pemerintah, hingga awal 2025 setidaknya 45 ribu satuan pendidikan dasar dan menengah telah menerima bantuan revitalisasi fasilitas digital, terutama di kawasan 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).

Revitalisasi digital tidak berhenti pada pengadaan perangkat, tetapi diarahkan pada pembentukan ekosistem belajar yang kontekstual dan adaptif terhadap kebutuhan lokal.

Program 'sekolah aktif digital' menegaskan pendekatan berbasis kebutuhan lapangan, sementara penguatan jaringan di kawasan 3T menunjukkan keberpihakan afirmatif yang semakin menjauhi pendekatan top-down konvensional. Hal itu mencerminkan bahwa Kemendikdasmen tidak lagi terpaku pada distribusi alat semata, tapi berupaya menciptakan ekosistem pembelajaran yang inklusif dan berkelanjutan.

Transformasi pendidikan tidak akan berjalan tanpa dukungan infrastruktur yang memadai. Program revitalisasi yang dicanangkan Kemendikdasmen menjadi etalase keseriusan pemerintah dalam menghadirkan keadilan akses digital. Distribusi TIK untuk ribuan sekolah, dukungan terhadap digital talent scholarship, serta penyediaan platform pembelajaran berbasis aplikasi, semua itu menunjukkan arah yang sistematis dan tidak simbolis. Bahkan, keterlibatan sektor swasta dalam membangun kolaborasi lintas platform turut memperkuat ekosistem pembelajaran digital yang semakin inklusif.

Hal yang menarik dari pendekatan itu adalah pergeseran logika kebijakan dari sekadar distribusi perangkat ke pembangunan ekosistem yang berkelanjutan. Kemendikdasmen kini tidak hanya menghitung jumlah komputer yang dikirim ke sekolah-sekolah, tetapi juga mulai menakar daya hidup dan daya guna teknologi dalam ruang kelas nyata. Keberpihakan terhadap sekolah-sekolah di daerah 3T, peningkatan bandwidth, hingga pelatihan teknis pendampingan menunjukkan bahwa kebijakan tersebut berorientasi pada outcome dan dampak yang nyata.

Editor
: Adelia Syafitri
0 komentar
Tags
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru