BREAKING NEWS
Kamis, 16 Oktober 2025

Tawa di Tengah Teror Nenek Gayung

Redaksi - Kamis, 16 Oktober 2025 15:39 WIB
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

Oleh: Agnes Clarissa

DI antara deretan film horor tanah air yang kerap menakut-nakuti dengan bayangan mistik dan suara jeritan, "Kang Solah x Nenek Gayung" muncul sebagai angin segar. Disutradarai oleh Herwin Novianto, film ini bukan sekadar kisah tentang hantu pemandi jenazah yang menebar teror, tetapi juga tentang tawa, cinta, dan bagaimana masyarakat memaknai keberanian dalam balutan budaya lokal.

Kepulangan yang Tak Disangka
Kisah bermula dari Solah Vincenzio (Rigen Rakelna), seorang pemuda desa yang kembali ke kampung halamannya, Desa Cisiliasari, setelah bertahun-tahun berperang. Alih-alih disambut sebagai pahlawan, kepulangannya justru disambut dengan kecurigaan, ia dianggap arwah gentayangan. Keadaan semakin rumit ketika Solah mengetahui bahwa Dara Gonzales (Davina Karamoy), perempuan yang dicintainya, akan menikah dengan Iqbal (Kenzy Taulany), adiknya sendiri.

Baca Juga:

Dari titik ini, film menenun emosi yang tak hanya berputar pada cinta dan kehilangan, tapi juga pada absurditas sosial yang khas pedesaan, di mana rumor bisa lebih menakutkan daripada hantu itu sendiri.

Nenek Gayung dan Bayang Teror yang Lucu
Ketegangan mencapai puncaknya dengan kemunculan Nenek Gayung, sosok legendaris dari urban legend Indonesia yang dikenal sebagai pemandi jenazah misterius. Terornya menebar rasa takut, namun film ini justru bermain di antara garis tipis antara ngeri dan lucu.

Dibantu oleh Kangmas Pusi (Andre Taulany) yang penuh gaya dan sarkasme khas, Solah dan kawan-kawannya mencoba menghadapi ancaman tersebut. Setiap momen mencekam selalu diimbangi dengan humor yang cerdas, mengingatkan penonton bahwa rasa takut pun bisa dijadikan bahan tawa bila disajikan dengan timing yang pas.

Menertawakan Takut, Menertawakan Diri Sendiri
"Kang Solah x Nenek Gayung" bukan semata hiburan ringan. Ia mencerminkan bagaimana budaya populer Indonesia mampu merangkul mitos dan humor dalam satu wadah yang utuh. Horor bukan lagi sekadar momok, melainkan cermin dari kegelisahan masyarakat; dan komedi menjadi alat untuk menertawakannya, menurunkan ketegangan, bahkan menemukan makna baru dari ketakutan itu sendiri.

Kehadiran aktor-aktor seperti Rigen Rakelna, Tora Sudiro, Indro Warkop, dan Andre Taulany memperkuat nuansa komikal film ini tanpa kehilangan sentuhan humanisnya. Dalam tangan Herwin Novianto, film ini terasa seperti perpaduan antara wayang urban dan drama rakyat modern, penuh warna, konyol, namun menyentuh.

Hiburan dengan Jejak Budaya
Lebih dari sekadar tontonan, film ini menunjukkan kematangan sinema Indonesia dalam mengemas legenda lokal dengan pendekatan segar. Ia membuktikan bahwa horor tidak selalu harus gelap dan muram; kadang, tawa justru bisa menjadi cara paling efektif untuk menghadapi ketakutan.

Dengan keseimbangan antara ketegangan dan gelak tawa, "Kang Solah x Nenek Gayung" mengajarkan bahwa kisah-kisah lokal tak pernah kehilangan relevansinya, selama ada keberanian untuk menceritakannya dengan cara baru.*


*) Penulis adalah MahasiswaMahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Semester 5, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Editor
: Adelia Syafitri
0 komentar
Tags
beritaTerkait
Desa Sait Ni Huta Jadi Tuan Rumah Hari Ulos 2025, Angkat Kembali Jati Diri Batak
Kahiyang Ayu Hadiri Lomba Membatik Anak Usia Dini di Sergai: Tanamkan Cinta Budaya Sejak Dini
Netizen Wajib Nonton! Banjong Pisanthanakun Puji Akting Vino G. Basti dalam Film Shutter
Tari Baris Bedug dan Karya Alilitan Buleleng Resmi Jadi Warisan Budaya Takbenda Nasional
Dari Kota Kecil ke Panggung Nasional, Shinta Ayu Nadia Ceritakan Air Mata di Balik Mahkota Puteri Seni dan Budaya Indonesia 2025
Bupati Sergai Darma Wijaya Resmi Sandang Marga Damanik, Prosesi Meriah di Tengah Nuansa Budaya Simalungun
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru