BREAKING NEWS
Kamis, 16 Oktober 2025

Hari AIDS Sedunia 2024: Indonesia Fokus Hentikan Stigma dan Diskriminasi dalam Penanganan HIV/AIDS

BITVonline.com - Sabtu, 07 Desember 2024 12:21 WIB
Hari AIDS Sedunia 2024: Indonesia Fokus Hentikan Stigma dan Diskriminasi dalam Penanganan HIV/AIDS
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

Jakarta – Hari AIDS Sedunia yang diperingati setiap 1 Desember menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk bersama-sama mengakhiri stigma, diskriminasi, dan ketidaksetaraan dalam penanganan HIV/AIDS. Peringatan ini juga menjadi panggilan untuk memperkuat sinergi lintas sektor guna mencapai target global untuk mengakhiri epidemi AIDS pada tahun 2030.

Mirna Widiyanti, Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi (PR-KMG) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyampaikan dalam diskusi publik bertema “Hari AIDS Sedunia – Bersatu untuk Generasi Bebas HIV” yang diselenggarakan pada Jumat (6/12/2024) bahwa ada tiga tujuan utama dalam mengakhiri AIDS:

Tidak ada lagi infeksi baru HIV. Tidak ada lagi kematian akibat AIDS. Tidak ada lagi diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

515.455 Kasus Kumulasif HIV/AIDS di Indonesia

Mirna juga mengungkapkan bahwa Indonesia pada 2023 mencatatkan 515.455 kasus kumulatif HIV/AIDS, dengan prevalensi HIV pada usia di atas 15 tahun sebesar 0,26 persen. Ia menambahkan bahwa beberapa provinsi di Indonesia, seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Papua, mengalami epidemi HIV yang meluas. Papua, dengan prevalensi mencapai 2,3 persen, memiliki angka tertinggi dibandingkan rata-rata nasional yang hanya 0,5 persen.Meskipun terjadi penurunan infeksi baru HIV sebesar 43 persen pada periode 2010–2020, Mirna menekankan bahwa tantangan besar masih ada. Indonesia menargetkan untuk menurunkan infeksi baru HIV hingga di bawah 5.000 kasus per tahun pada 2030.

Pemerintah Indonesia telah menerapkan empat strategi utama dalam pengendalian HIV/AIDS. Strategi ini meliputi pencegahan kombinasi melalui edukasi penggunaan kondom, pemberian alat suntik steril, terapi metadon, dan pemberian profilaksis pra dan pasca-pajanan (PrEP dan PEP). Selain itu, pemerintah juga menjalankan program pencegahan penularan dari ibu ke anak (PPIA) serta pendidikan kesehatan reproduksi dengan pendekatan ABCDE (Abstinence, Be Faithful, Condom Use, Drug Avoidance, dan Education).Upaya ini juga melibatkan surveilans dan pengujian, dengan lebih dari 12.000 fasilitas kesehatan di Indonesia yang menyediakan tes HIV. Pemeriksaan viral load untuk memantau efektivitas terapi antiretroviral (ARV) juga tersedia di berbagai laboratorium. Untuk penanganan kasus HIV, terapi ARV yang optimal serta pengobatan infeksi menular seksual (IMS), seperti sifilis, gonore, dan herpes, menjadi prioritas. Hal ini karena IMS sering menjadi pintu masuk bagi penularan HIV.

Pemerintah juga mengajak tokoh masyarakat, agama, dan media massa untuk ikut serta dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang HIV/AIDS. Edukasi dan sosialisasi yang tepat sangat penting untuk mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA.Dengan terus memperkuat sinergi antara pemerintah, masyarakat, organisasi kesehatan, dan sektor lainnya, Indonesia bertujuan untuk mewujudkan target global untuk mengakhiri epidemi AIDS pada tahun 2030.“Keberhasilan mengakhiri AIDS tidak hanya bergantung pada penurunan angka infeksi, tetapi juga pada penghapusan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Inilah tantangan besar yang harus dihadapi bersama,” tutup Mirna. (JOHANSIRAIT)

0 komentar
Tags
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru