Yuliani Siregar, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Sumut, menyampaikan bahwa pihaknya sedang melakukan pengecekan penyebab banjir bandang tersebut.
Dugaan sementara, bencana ini disebabkan oleh penebangan liar yang marak di perbukitan Parapat, khususnya di kawasan Sitahuan.
Aktivitas industri yang diduga dilakukan oleh PT Toba Pulp Lestari (TPL) juga dicurigai turut memperburuk kondisi lingkungan dan memperbesar dampak bencana.
"Dari pemantauan sementara, banjir disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi, dan lokasi yang terdampak merupakan area Hak Pengelolaan Lahan (HPL) warga, khususnya di desa Baganding. Banyak warga yang mengambil batu di daerah tersebut, yang lama-kelamaan menimbulkan kolam penampung air. Akibat hujan deras, kolam itu jebol dan menyebabkan banjir," jelas Yuliani , Senin (17/3/2025).
Meskipun sejauh ini tidak ditemukan kayu-kayu yang terbawa arus banjir, Yuliani memastikan bahwa pihaknya akan tetap mengecek lebih lanjut keterlibatan TPL dalam bencana tersebut.
Sementara itu, Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumut, Sri Wahyuni Pancasilawati, melaporkan bahwa banjir bandang yang terjadi di kawasan ini sudah mulai surut, meskipun masih ada proses pembersihan material lumpur dan bebatuan.
Hingga kini, belum ada laporan korban jiwa, namun sejumlah fasilitas umum, termasuk RSUD Parapat, sempat terganggu akibat derasnya aliran air.
Setelah kejadian ini, arus lalu lintas utama Kota Parapat kembali berfungsi normal, meski beberapa rumah dan fasilitas umum masih dalam tahap pemulihan.