CHINA - Dunia sains kembali dikejutkan oleh inovasi kontroversial dari China. Seorang ilmuwan bernama Dr. Zhang Qifeng, pendiri Kaiwa Technology, tengah mengembangkan robot kehamilan humanoid pertama di dunia—sebuah terobosan revolusioner yang memungkinkan proses kehamilan dan kelahiran bayi terjadi sepenuhnya di luar tubuh manusia.
Robot humanoid ini bukan sekadar inkubator canggih. Ia dilengkapi rahim buatan yang mampu menerima nutrisi melalui selang, mereplikasi keseluruhan proses dari pembuahan hingga persalinan.
"Teknologi rahim buatan sudah matang. Tantangan selanjutnya adalah menanamkannya ke dalam perut robot humanoid agar dapat berinteraksi langsung dengan manusia untuk menciptakan kehamilan," ujar Dr. Zhang dalam wawancara yang diunggah di Douyin (TikTok versi China), Jumat (15/8/2025).
Dipatok Rp22,5 Juta, Robot Ini Siap Rilis Tahun Depan
Prototipe robot ini dijadwalkan rilis pada 2026 dengan estimasi harga 100.000 yuan atau sekitar Rp22,5 juta. Robot ini digadang-gadang akan menjadi solusi alternatif untuk pasangan yang mengalami infertilitas, yang terus meningkat di China—dari 11,9% (2007) menjadi 18% (2020).
Antara Solusi Medis dan Isu Etika
Pengembangan robot ini langsung memicu perdebatan sengit di media sosial China. Sebagian masyarakat menyambut positif inovasi ini sebagai jalan keluar dari penderitaan kehamilan dan kegagalan inseminasi buatan.
Namun banyak pula yang menentang, menilai inovasi ini sebagai "tidak manusiawi" dan "menghapus ikatan emosional antara ibu dan janin".
"Kami telah menggelar forum diskusi dengan pemerintah Provinsi Guangdong dan tengah membahas aspek hukum serta etika teknologi ini," tambah Dr. Zhang.
Bukan Pertama, Tapi Paling Ambisius
Sebelumnya, teknologi rahim buatan sudah diuji pada hewan. Para ilmuwan berhasil menjaga domba prematur hidup selama 28 hari di dalam biobag—kantong berisi cairan ketuban dan suplai nutrisi. Kini, teknologi serupa ditingkatkan menjadi versi humanoid yang mampu mendukung pertumbuhan janin sejak pembuahan hingga lahir.
Survei: Anak Muda Mendukung
Menariknya, survei terbaru menunjukkan 42% responden usia 18–24 tahun mendukung ide "mengembangkan janin sepenuhnya di luar tubuh perempuan". Hal ini menunjukkan adanya perubahan perspektif terhadap kehamilan di kalangan generasi muda.
Dengan latar belakang krisis angka kelahiran dan peningkatan infertilitas, pemerintah China telah mengintegrasikan inseminasi buatan dan IVF dalam asuransi kesehatan nasional. Munculnya robot kehamilan bisa menjadi bagian dari upaya jangka panjang menyelamatkan populasi.*