Desa Dokan, Warisan Peradaban Karo yang Masih Berdiri Kokoh di Tanah Karo

KARO – Di balik sejuknya dataran tinggi Kabupaten Karo, Sumatera Utara, terdapat sebuah desa budaya yang menyimpan jejak peradaban masa lampau: Desa Dokan.

Terletak di Kecamatan Merek, desa ini tak hanya strategis karena berada di jalur menuju Danau Toba, tapi juga kaya akan warisan budaya suku Karo yang masih lestari hingga kini.

Menurut laman resmi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Sumut, Desa Dokan merupakan satu dari tiga desa budaya yang merepresentasikan sejarah dan kehidupan masyarakat Karo.

Baca Juga:

• Festival Bunga dan Buah Dibuka, Gubernur Bobby Nasution Nilai Masih Kurang Meriah
• Festival Bunga dan Buah 2025 Resmi Dibuka di Berastagi, Gubsu Bobby Nasution dan Wamenbud Giring Hadir

Baca Juga:

• Bupati Batu Bara Jamin Kemudahan bagi Investor: Peluang Strategis di Kawasan Selat Malaka
• Dukungan Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Dongkrak Pengembangan Salib Kasih Jadi Destinasi Wisata Rohani Internasional

Siwaluh Jabu, Rumah Adat yang Menyimpan Sejarah

Daya tarik utama Desa Dokan adalah rumah adat Karo yang disebut Siwaluh Jabu. Rumah tradisional ini telah berdiri ratusan tahun, dan tetap kokoh dengan arsitektur aslinya. "Siwaluh" berarti delapan dan "Jabu" berarti keluarga. Sesuai namanya, satu rumah besar ini dihuni oleh delapan keluarga sekaligus.

Keunikan dari rumah adat ini adalah tidak memiliki sekat ruangan permanen. Semua anggota keluarga tidur di ruang yang sama. Khusus untuk orang tua, hanya diberi pembatas kain sebagai privasi.

Selain itu, rumah ini memiliki bagian yang disebut Ture, sebuah teras yang dilengkapi tangga bambu. Di masa lalu, Ture menjadi tempat interaksi sosial muda-mudi, termasuk ajang mencari pasangan hidup.

Asal Usul Nama 'Dokan'

Nama "Dokan" sendiri memiliki kisah menarik. Konon, berasal dari ungkapan "ndoh kam, ndoh kam" (pergilah jauh) yang diucapkan kepada warga bermarga Ginting yang terlibat perselisihan di Desa Ajinembah. Warga Ginting tersebut akhirnya membuka pemukiman baru yang kini dikenal sebagai Desa Dokan.

Kulcapi: Nada Tradisi yang Tetap Menggema

Tak hanya rumah adat, warga Desa Dokan juga masih melestarikan alat musik tradisional Karo, yakni Kulcapi. Uniknya, Kulcapi tidak dijual di toko-toko umum. Wisatawan hanya bisa mendapatkan alat musik ini langsung dari pembuatnya ketika berkunjung ke desa tersebut.

Agrowisata dan Alam yang Asri

Desa Dokan berada di ketinggian antara 600 hingga 1.400 meter di atas permukaan laut (mdpl). Masyarakatnya mayoritas bekerja sebagai petani kopi, jeruk, dan sayur mayur. Kini, sejumlah perkebunan warga seperti kebun jeruk telah dikembangkan menjadi agrowisata, yang menjadi tambahan daya tarik wisatawan.

Jaraknya yang hanya 23 kilometer dari Berastagi, membuat desa ini dapat dijangkau menggunakan bus besar. Infrastruktur akses jalan pun cukup baik, menjadikannya destinasi yang cocok untuk wisata budaya dan alam sekaligus.

Dengan keaslian budaya, keindahan alam, dan semangat pelestarian tradisi, Desa Dokan adalah contoh nyata bagaimana warisan leluhur tetap hidup di tengah modernitas. Bagi Anda yang ingin menjelajahi identitas Karo yang otentik, Desa Dokan adalah destinasi yang wajib dikunjungi.*

(d/j006)