MEDAN– Nama Gocah Pahlawan mungkin tak sepopuler para sultan Kesultanan Deli seperti Sultan Ma'moen Al Rasyid Perkasa Alam, namun sejarah mencatat peran besarnya sebagai pendiri Kesultanan Deli pada awal abad ke-17.
Dikenal sebagai tokoh gagah berani, Gocah Pahlawan merupakan sosok sentral dalam pembentukan pemerintahan Islam di bekas wilayah Kerajaan Aru, yang kini dikenal sebagai Deli Serdang dan sekitarnya.
Bergelar Tuanku Sri Paduka Gocah Pahlawan, ia diangkat menjadi penguasa di Deli oleh Kesultanan Aceh Darussalam sebagai penghargaan atas jasanya dalam sejumlah ekspedisi militer, termasuk di Bengkulu, Johor, dan Pahang.
Riwayat Gocah Pahlawan menyimpan silang pendapat mengenai asal-usulnya.
Sumber dari Deli menyebutkan nama aslinya adalah Muhammad Delikhan, seorang keturunan India.
Sementara versi dari Serdang menyebut ia bernama Yazid, berasal dari Pagaruyung, Sumatera Barat, bahkan diklaim sebagai keturunan raja-raja Bukit Siguntang Mahameru.
Meski demikian, kedua versi sejarah sepakat bahwa Gocah Pahlawan sempat menetap di Pasai, Aceh, sebelum menunjukkan bakat militernya dan mendapat kepercayaan penuh dari Kesultanan Aceh.
Diangkat Jadi Panglima dan Memerintah di Aru
Tahun 1612 menjadi titik balik. Gocah Pahlawan diangkat sebagai panglima oleh Kesultanan Aceh dan dikirim ke wilayah bekas Kerajaan Aru, untuk menumpas pengaruh Portugis serta menjalin hubungan diplomatik dengan penduduk lokal, khususnya dari kalangan Suku Karo.
Dalam perjalanannya, Gocah Pahlawan menikah dengan Puteri Nang Bulan (Baluan) beru Surbakti, adik dari Raja Urung Sunggal, Datuk Itam Surbakti.
Pernikahan ini memperkuat legitimasi kekuasaannya di wilayah Deli.
Setelah mendapat dukungan dari para Raja Urung Karo, Gocah Pahlawan diangkat menjadi raja dan mendirikan Kesultanan Deli pada tahun 1630.
Sebelumnya, wilayah kekuasaannya dikenal sebagai Kerajaan Bintan, membentang dari perbatasan Tamiang hingga Sungai Rokan Pasir Ayam Denak.
Selama pemerintahannya, ia dibantu oleh Lembaga Datuk Berempat, yang terdiri dari para Raja Urung, salah satunya Urung Sunggal.
Raja Urung Sunggal berperan sebagai Ulun Jandi, juru bicara yang menyampaikan sumpah setia rakyat kepada raja.
Meninggal dan Dimakamkan di Batu Jerguk
Gocah Pahlawan wafat sekitar tahun 1641 dan dimakamkan di Batu Jerguk, Delitua.
Kepemimpinan Kesultanan Deli kemudian dilanjutkan oleh anaknya, Tuanku Panglima Perunggit, yang memperkuat struktur kesultanan dan memperluas pengaruhnya di kawasan timur Sumatra.
Kisahnya menjadi bagian penting dalam sejarah pembentukan identitas Melayu Deli dan warisan budaya yang masih hidup di tengah masyarakat Sumatra Utara.*