JAKARTA– Perum BULOG terus melangkah maju dengan menghadirkan inovasi dalam menjawab tuntutan konsumen akan pangan berkualitas tinggi di Indonesia. Dikenal sebagai salah satu tokoh utama dalam ekonomi neoklasik, William Stanley Jevons, mengilustrasikan bahwa harga suatu barang tidak hanya bergantung pada biaya produksi semata, tetapi juga pada utilitas yang dipersepsikan oleh konsumen. Konsep ini menjadi landasan bagi Perum BULOG dalam menyusun strategi untuk meningkatkan reputasi dan kualitas produknya.
Peran Utilitas Marjinal dalam Strategi Perum BULOG
William Stanley Jevons yang dikenal dengan teori utilitas marjinalnya, menjelaskan bahwa nilai suatu produk tidak hanya ditentukan oleh biaya produksi, melainkan juga oleh kegunaan atau utilitas yang dipersepsikan oleh konsumen. Dalam konteks ini, Perum BULOG tidak hanya berfokus pada aspek produksi beras, tetapi juga pada kualitas dan keunggulan nilai gizi produk yang dihasilkan.
Lely Pelitasari, Wakil Sekjen Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI), menyoroti langkah strategis ini sebagai upaya untuk memenuhi ekspektasi pasar yang semakin selektif. “Perum BULOG telah berupaya mengimplementasikan standar penyerapan beras dan gabah yang tinggi, dengan menggunakan teknologi modern di Sentra Penggilingan Padi (SPP). Langkah ini tidak hanya menjawab kebutuhan pasar, tetapi juga meningkatkan reputasi Perum BULOG sebagai penyedia pangan berkualitas,” ujarnya.
Dalam upayanya untuk memenuhi tuntutan akan beras premium berkualitas tinggi, Perum BULOG telah meluncurkan beberapa merek beras unggulan. Bayu Krisnamurthi, Direktur Utama Perum BULOG, menjelaskan perbedaan antara beras medium dan beras premium. “Beras medium memiliki kadar pecah 20 persen, sementara beras premium hanya 5 persen, sesuai dengan standar internasional,” ungkapnya. Produk seperti Beras Fortivit, Beras Befood, dan Punakawan tidak hanya dikenal karena keunggulan nilai gizinya yang lebih baik, tetapi juga karena diproduksi dengan mesin modern dan bersertifikasi halal, menjaga mutu dan kualitas produk yang baik.
Komitmen terhadap Pangan Sehat dan Ramah Lingkungan
Nadya Pratiwi, Co-Founder Nasi Peda Pelangi, turut menyoroti pentingnya memilih beras yang diproduksi tanpa pestisida kimia. Ia bekerja sama dengan petani di Sragen untuk membeli hasil panen dengan harga lebih tinggi, namun lebih aman dari kontaminasi kimia. “Nasi yang berasal dari tanaman padi yang menggunakan pestisida kimia cenderung kuning dan memiliki indeks glikemik tinggi, sementara nasi organik memiliki indeks glikemik yang lebih rendah,” ungkapnya. Upaya ini sejalan dengan semangat Perum BULOG dalam mendukung pertanian regeneratif dan keberlanjutan lingkungan.
Program Transformasi dan Kepemimpinan Rantai Pasok Pangan
Sebagai bagian dari perayaan HUT Ke-57, Perum BULOG mencanangkan program transformasi yang berfokus pada keempat visi utama perusahaan: tepercaya, kepemimpinan dalam rantai pasok pangan, pelayanan terbaik, dan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat. Febby Novita, Direktur Bisnis Perum BULOG, menegaskan komitmen perusahaan untuk terus berinovasi dan menyesuaikan diri dengan dinamika zaman. “Kami menghadirkan lebih dari 50 merek beras dari berbagai daerah di Indonesia, sesuai dengan cita rasa khas daerah masing-masing,” katanya.
Kesimpulan
Perum BULOG tidak hanya bertransformasi dalam aspek produksi dan pemasaran, tetapi juga dalam menjawab tuntutan masyarakat akan pangan yang berkualitas tinggi dan aman. Dengan menggandeng petani lokal dan menerapkan teknologi modern, Perum BULOG memberikan kontribusi nyata dalam memajukan sektor pertanian Indonesia dan memenuhi ekspektasi konsumen yang semakin meningkat.