JAKARTA – Bulan Muharram sebagai pembuka tahun baru Hijriah bukan hanya menjadi momen refleksi spiritual, tetapi juga menyimpan peluang meraih keberkahan luar biasa melalui berbagai ibadah sunnah.
Salah satu yang paling dianjurkan adalah puasa Asyura pada 10 Muharram, yang dikenal memiliki keutamaan besar sebagai penghapus dosa selama satu tahun.
Dalam hadits riwayat Abu Qatadah RA, Rasulullah SAW bersabda:
"Puasa Asyura menghapus dosa setahun dan puasa Arafah menghapus dosa dua tahun, yaitu setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya." (HR Muslim & At-Tirmidzi)
Keutamaan puasa Asyura diperkuat oleh riwayat lain dari HR Muslim yang menyebut bahwa Rasulullah SAW menjelaskan bahwa puasa ini "melebur dosa setahun yang lalu."
Keistimewaan ini menjadikan 10 Muharram sebagai salah satu momen emas dalam kalender Islam untuk memperbaiki diri dan menghapus kesalahan di masa lalu.
Namun, para ulama seperti Ibnu Qayyim al-Jawziyyah dalam kitab al-Da' wa al-Dawa' menekankan bahwa pengampunan dosa melalui puasa Asyura memiliki syarat.
Salah satu penghalang utama adalah dosa besar yang dilakukan secara terus-menerus.
Tanpa meninggalkan dosa besar, puasa sunnah seperti Asyura maupun Ramadan tidak akan menghapus dosa secara optimal.
Hal ini merujuk pada firman Allah dalam Surah An-Nisa ayat 31:
"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang, niscaya Kami menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke tempat yang mulia (surga)."
Imam Baihaqi juga menambahkan bahwa jika seseorang tidak memiliki dosa yang perlu diampuni, maka ganjaran puasa Asyura tetap akan diberikan dalam bentuk peningkatan derajat di sisi Allah SWT.