BREAKING NEWS
Jumat, 17 Oktober 2025

Hilirisasi Batu Bara Jadi DME, Langkah Strategis RI Kurangi Impor LPG 7 Juta Ton

Abyadi Siregar - Kamis, 16 Oktober 2025 08:51 WIB
Hilirisasi Batu Bara Jadi DME, Langkah Strategis RI Kurangi Impor LPG 7 Juta Ton
Contoh tabung DME yang dipamerkan oleh PT Pertamina, PT Bukit Asam, dan Air Products and Chemical Inc.(Foto: Kontan)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA — Pemerintah tengah menyiapkan proyek hilirisasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) sebagai langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor Liquefied Petroleum Gas (LPG).

Program ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus menekan defisit neraca perdagangan.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, kebutuhan LPG nasional mencapai 8,6 juta ton per tahun, sementara kapasitas produksi dalam negeri baru sekitar 1,3 juta ton. Akibatnya, Indonesia masih harus mengimpor sekitar 6,5 hingga 7 juta ton LPG setiap tahunnya.

Baca Juga:

"Impor kita sekarang untuk LPG, total konsumsi kita 8,6 juta ton per tahun. Kapasitas produksi kita hanya 1,3 juta ton. Impor kita kurang lebih sekitar 6,5 sampai 7 juta ton," ujar Bahlil dalam acara Minerba Convex 2025 di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (15/10/2025).

Melihat kondisi tersebut, pemerintah mendorong pemanfaatan batu bara berkalori rendah menjadi DME yang dapat berfungsi sebagai bahan bakar alternatif pengganti LPG. Menurut Bahlil, langkah ini sejalan dengan kebijakan hilirisasi dan kemandirian energi nasional.

"Ke depan, batu bara ini tidak hanya dipakai untuk bahan bakar smelter atau pembangkit listrik, tapi juga menjadi substitusi LPG untuk membangun industri DME," jelasnya.

Bahlil mencontohkan keberhasilan hilirisasi nikel yang mampu meningkatkan nilai ekspor Indonesia hingga 10 kali lipat dalam beberapa tahun terakhir. Ia optimistis hilirisasi batu bara menjadi DME juga dapat memberikan dampak ekonomi serupa.

"Ekspor kita di 2017–2018 dari komoditas nikel sekitar 3,3 miliar dolar AS. Setelah kita hentikan ekspor bijih mentah dan bangun industri pengolahannya, ekspor nikel pada 2023–2024 sudah mencapai 35 hingga 40 miliar dolar AS," tegasnya.

Pemerintah berharap, proyek hilirisasi DME ini tidak hanya menambah nilai ekonomi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan memperkuat kemandirian energi nasional.

Untuk mendukung program tersebut, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 40 Tahun 2025 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang menggantikan PP Nomor 79 Tahun 2014. Regulasi ini memuat peta jalan pemanfaatan DME sebagai energi alternatif pengganti LPG.

Dalam beleid tersebut disebutkan, mulai tahun 2030, Indonesia menargetkan pemanfaatan DME dari nol hingga 600 ribu ton setara minyak (TOE). Jumlah ini akan meningkat menjadi 3 hingga 3,6 juta TOE pada periode 2040–2060.

Sebaliknya, penggunaan LPG diproyeksikan terus menurun dari 11 juta TOE pada 2030 menjadi 0,8–0,9 juta TOE pada tahun 2060.

"Ini salah satu langkah konkret yang akan kita dorong untuk mewujudkan kemandirian energi nasional," tutup Bahlil.*

(cb/m006)

Editor
: Mutiara
0 komentar
Tags
beritaTerkait
Pemerintahan Prabowo Sudah Gelontorkan Rp192 Triliun untuk Subsidi BBM dan LPG
Misbakhun Tegur Purbaya soal Polemik Subsidi LPG: Fokus Benahi Tata Kelola, Bukan Urusi Teknis
Bahlil Sebut Menkeu Salah Baca Data, Ini Respon Purbaya!
Bahlil Sindir Menkeu Purbaya Soal Data Harga LPG 3 Kg: "Mungkin Salah Baca"
Polda Bali Bongkar Sindikat Oplos Gas Subsidi, Wanita di Karangasem Ditangkap
Purbaya Beberkan Harga Asli Pertalite Rp 11.700/L dan LPG 3 Kg Rp 42.750, APBN Tanggung Selisih Rp 30 Ribu per Tabung
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru