BREAKING NEWS
Sabtu, 18 Oktober 2025

Kemenkes Waspadai Lonjakan ISPA, RS Paru Rotinsulu Siaga Hadapi Peningkatan Pasien

Mutiara - Sabtu, 18 Oktober 2025 10:46 WIB
Kemenkes Waspadai Lonjakan ISPA, RS Paru Rotinsulu Siaga Hadapi Peningkatan Pasien
Ilustrasi (Foto: AI/BITV)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

BANDUNGKasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat influenza di Rumah Sakit Paru Dr. H.A. Rotinsulu Bandung menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa waktu terakhir.

Kenaikan kasus ini mencapai sekitar 34 hingga 38 persen, baik di tingkat nasional maupun di rumah sakit rujukan.

Hal tersebut disampaikan oleh dr. Reza Kurniawan Tanuwihardja, Sp.P(K)., FCCP., FISR, Dokter Spesialis Paru Konsultan Intervensi dan Gawat Napas RS Paru Rotinsulu.

Baca Juga:

Ia menjelaskan, lonjakan pasien tidak hanya terjadi di layanan reguler, tetapi juga di poli eksekutif rumah sakit.

"Memang terjadi peningkatan kasus sekitar 34–38 persen secara umum. Namun karena RS Paru Rotinsulu merupakan fasilitas rujukan tingkat tiga (PPK 3), pasien yang datang umumnya sudah mengalami komplikasi dari infeksi saluran pernapasan atas," ujar dr. Reza kepada CNN Indonesia, Sabtu (18/10).

Menurutnya, karakteristik pasien di poli reguler BPJS cenderung lebih berat karena banyak yang datang dalam kondisi komplikasi seperti pneumonia atau gangguan pernapasan serius.

Sementara pasien di poli eksekutif umumnya hanya mengalami gejala ISPA ringan.

"Kalau ke poli eksekutif biasanya karena ISPA ringan. Tapi untuk poli reguler, pasien sudah mengalami komplikasi," tambahnya.

dr. Reza menjelaskan, sebagian besar kasus ISPA yang disebabkan oleh virus tergolong self-limiting disease, yakni dapat sembuh sendiri dalam waktu 7–10 hari tanpa perawatan intensif. Namun, pasien dengan gejala berat seperti sesak napas, kesulitan makan dan minum, atau memiliki penyakit penyerta seperti asma dan penyakit paru kronis perlu dirawat inap.

"Apabila masih dalam kategori ringan, cukup rawat jalan. Namun bila ada komplikasi seperti pneumonia atau sesak, maka perlu dirawat di rumah sakit," jelasnya.

Terkait penyebab pasti peningkatan kasus, pihak rumah sakit masih melakukan analisis lebih lanjut karena diperlukan pemeriksaan laboratorium dengan metode syndromic respiratory melalui uji swab untuk menentukan etiologi virus.

"Kami belum punya data penyebab yang spesifik karena harus dilakukan swab. Dari sana baru bisa diketahui penyebab pastinya," kata dr. Reza.

Editor
: Redaksi
0 komentar
Tags
beritaTerkait
Mukhtarudin Pastikan PMI Diah Ayu Kurniasari Segera Dipulangkan dan Dapat Perlindungan Aman
Kasus Rahmadi, Bid Propam Polda Sumut Tindaklanjuti Kompol Dedi Kurniawan Lewat Sidang Etik
Kejagung Lelang Aset Doni Salmanan, Anang Supriatna Pastikan Tak Ada ‘Drama Flexing’ Lagi
Kasus Penjualan Tanah HGU PTPN-1, Kejagung Didesak Terbitkan Surat Perintah Stanvas di Seluruh Objek Perkara
Masyarakat Sumut Ingin Langkah Nyata: Kasus Ijazah Jokowi Harus Jadi Momentum Supremasi Hukum
Tak Terima Vonis 16 Tahun, Mantan Direktur Utama PT Asabri Adam Damiri Ajukan PK ke MA
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru