Setelah sukses menembus ronde keempat kualifikasi, PSSI tidak tinggal diam.
Evaluasi menyeluruh kini dilakukan, termasuk opsi naturalisasi sebagai upaya memperkuat skuad Garuda menghadapi lawan-lawan kelas dunia di "babak neraka".
Kesuksesan naturalisasi pemain seperti Justin Hubner, Ivar Jenner, dan Rafael Struick menjadi bukti bahwa langkah ini bukan sekadar formalitas, tetapi strategi nyata yang berdampak langsung pada performa di lapangan.
Exco PSSI, Arya Sinulingga, mengonfirmasi bahwa PSSI tengah memantau sejumlah pemain diaspora potensial yang tersebar di berbagai kompetisi Eropa.
"Kami membuka peluang untuk mereka yang siap membela Merah Putih, tentu dengan proses seleksi yang ketat dan komitmen yang kuat," ujar Arya.
Berikut tujuh nama pemain diaspora yang masuk radar PSSI:
1. Dean Zandbergen (VVV-Venlo)
Striker berusia 23 tahun ini mencetak 5 gol dan 4 assist musim lalu.
Dengan tinggi 188 cm, Zandbergen menawarkan opsi target man sekaligus pelapis ideal bagi Rafael Struick.
2. Mauro Zijlstra (FC Volendam)
Pemain muda produktif yang disebut telah menjalin komunikasi intens dengan agen Timnas.
Ia tengah menunggu proses naturalisasi resmi.
3. Miliano Jonathans
Meski masih berharap dipanggil Timnas Belanda, darah Indonesia tetap membuka peluang baginya untuk membela Garuda jika panggilan resmi datang.
4. Million Manhoef (Stoke City)
Bermain reguler di EFL Championship, winger 22 tahun ini memiliki kecepatan dan visi bermain yang dibutuhkan untuk menghadapi ketatnya persaingan di level Asia.
5. Laurin Ulrich (VfB Stuttgart II)
Gelandang elegan berusia 20 tahun ini tampil impresif di tim muda Stuttgart.
Ia telah menyatakan kesediaannya untuk bergabung jika dibutuhkan.
6. Pascal Struijk (Leeds United)
Bek tangguh berdarah Surabaya ini masih mempertimbangkan naturalisasi.
Ia pernah ditemui Patrick Kluivert namun belum memberi keputusan final.
7. Tristan Gooijer (Ajax Amsterdam)
Bek serbabisa keturunan Maluku ini membuka diri untuk memperkuat Indonesia.
Meski belum ada pendekatan resmi dari PSSI, Gooijer dikabarkan tertarik membela Garuda jika diberi peluang.
Legenda sepak bola Irak, Ali Wahab, mengingatkan bahwa persaingan di ronde keempat akan sangat berat.
Bahkan negara sekelas Irak dan Qatar tidak menjamin lolos otomatis.
"Tanpa semangat juang dan kualitas terpadu, jangan harap lolos. Naturalisasi bukan sekadar opsi, tapi keharusan jika ingin bersaing," katanya.
Format ronde keempat kualifikasi menempatkan Indonesia dalam kelompok tim elite Asia seperti Jepang, Korea Selatan, Arab Saudi, dan Australia.
Hanya juara grup yang langsung lolos, sementara runner-up harus melanjutkan ke ronde kelima yang lebih berat.
PSSI menyadari tantangan tersebut dan kini menaruh fokus besar pada pembenahan skuad, baik dari sisi teknis, mental, maupun kedalaman pemain.
Naturalisasi bukan semata-mata jalan pintas, tetapi langkah strategis demi membawa Indonesia ke level kompetitif global.
Para pemain diaspora yang kini dipantau menjadi harapan baru, sekaligus cermin bahwa sepak bola Indonesia tidak lagi melihat sekat geografi dalam membangun masa depan.
"Indonesia sudah terbang sejauh ini. Kini saatnya memperlebar sayap, bukan untuk bertahan, tapi untuk bersaing dan menang," tutup Arya Sinulingga.*