RTM Malaysia Minta Maaf Usai Salah Sebut Nama Presiden Prabowo Subianto di KTT ASEAN
JAKARTA Radio Televisyen Malaysia (RTM), stasiun penyiaran publik milik pemerintah Malaysia, mengeluarkan permintaan maaf resmi atas keke
Politik
Oleh:Mohsen Hasan A.
INDONESIA bukan bangsa kecil. Ia lahir dari semangat, darah, dan cita-cita luhur: memerdekakan manusia dari ketakutan, kebodohan, dan ketidakadilan. Namun, di tengah gemerlap kemajuan dan modernitas, kita menghadapi kenyataan getir bangsa ini mulai letih secara moral.
Korupsi, kekerasan verbal, intoleransi, hedonisme, dan manipulasi kebenaran telah menjadi cermin sehari-hari. Padahal bangsa yang besar bukan diukur dari luas wilayah atau kekuatan militernya, tetapi dari kematangan moral dan budi pekertinya.Baca Juga:
Krisis moral yang kita alami kini bukanlah kebetulan. Ia tumbuh dari tiga akar besar yang rapuh: kebangsaan, kebudayaan, dan peradaban.
Krisis kebangsaan: pudarnya rasa pengabdian
Bangsa ini dibangun atas nilai gotong royong, keikhlasan, dan semangat pengorbanan. Namun kini, nasionalisme lebih sering diucapkan daripada diwujudkan.
Kita menyaksikan elite politik memperlakukan negara sebagai ladang kekuasaan, bukan amanah Tuhan. Kejujuran kehilangan tempat, dan loyalitas lebih banyak diarahkan pada kelompok, bukan pada bangsa.
Generasi muda pun tumbuh dalam ambiguitas: mereka mencintai Indonesia, namun sering tidak percaya pada negaranya. Inilah yang disebut oleh sosiolog modern sebagai krisis legitimasi moral kebangsaan ketika simbol-simbol negara kehilangan makna etiknya.
Merawat kebangsaan berarti menghidupkan kembali etos pengabdian. Bahwa menjadi warga negara bukan sekadar hak, tetapi juga tanggung jawab moral. Negara harus menjadi cermin keadilan, bukan panggung kepalsuan.
Krisis kebudayaan: dari budaya budi ke budaya bunyi
Bangsa yang beradab, adalah bangsa yang menjadikan kebudayaan sebagai kendaraan moral. Namun kini, budaya kita kehilangan jiwa.
Nilai-nilai luhur seperti malu, hormat, dan sopan santun tergerus budaya instan dan konsumtif. Anak muda lebih mengenal tokoh viral daripada tokoh nasional. Bahasa santun tergantikan oleh ujaran kasar di ruang digital.
Krisis kebudayaan ini adalah krisis jati diri ketika kemajuan teknologi tidak diimbangi kedewasaan batin. Padahal, kebudayaan sejati adalah yang mendidik rasa, membentuk karakter, dan menghidupkan kesadaran.
Merawat kebudayaan berarti menanam kembali akar kearifan lokal. Nilai Sipakatau di Bugis, Gotong Royong di Jawa, Mapalus di Sulawesi, Basusurung di Batak semua adalah pilar kemanusiaan Nusantara yang harus dihidupkan dalam kehidupan modern.
JAKARTA Radio Televisyen Malaysia (RTM), stasiun penyiaran publik milik pemerintah Malaysia, mengeluarkan permintaan maaf resmi atas keke
Politik
KISARAN Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Daarul Uluum (IAIDU) Asahan resmi menggelar Pembukaan Pembekalan Praktik Pengalaman Lapangan
Pendidikan
JAKARTA Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menegaskan pentingnya transparansi bagi perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
Peristiwa
JAKARTA Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan melaporkan penerimaan pajak dari transaksi aset kripto mencapai Rp1,71 tril
Ekonomi
JAKARTA Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pekerjaan Umum (PU) berencana membangun 15 bendungan baru di era kepresidenan Prabowo Su
Pemerintahan
JAKARTA Disabilitas tidak hanya berkaitan dengan kondisi fisik. Selain disabilitas fisik yang paling terlihat, ada pula disabilitas menta
Kesehatan
JAKARTA Pengamat pendidikan Darmaningtyas meminta pemerintah membuka kembali formasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk guru, guna meningka
Pemerintahan
JAKARTA Mendaki Gunung Rinjani membutuhkan stamina prima, dan persiapan fisik dimulai dari mengisi perut dengan hidangan bernutrisi. ad
Pariwisata
BANDUNG PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tengah melakukan penyesuaian terhadap Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) untuk tahun 2026.adsense
Ekonomi
BALI Suasana khidmat menyelimuti pelaksanaan Karya Pedudusan Alit Mlaspas, Mecaru Balik Sumpah, Rsigana, Nubung Pedagingan, dan Ngenteg L
Seni dan Budaya