MTs dan MA Baitul Arqam, Aceh Besar, menggelar Seminar Pembinaan dan Penguatan Penerapan Kurikulum Nasional pada Rabu (1/10), di komplek Pesantren Baitul Arqam, Sibreh. (foto: Ist/BITV)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
ACEH BESAR — Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) Baitul Arqam, Aceh Besar, menggelar Seminar Pembinaan dan Penguatan Penerapan Kurikulum Nasional (Kurnas) pada Rabu (1/10), bertempat di komplek Pesantren Baitul Arqam, Sibreh.
Kegiatan ini dihadiri para guru MTs dan MA serta menghadirkan dua pengawas madrasah, Rosyidah Lubis, S.Ag. dan Nur'aini, S.Ag., M.Ag., sebagai narasumber.
Seminar yang berlangsung sejak pukul 09.00 hingga 12.30 WIB ini digelar sebagai bagian dari respons terhadap implementasi Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 450 Tahun 2024 tentang Penerapan Kurikulum Nasional di Madrasah.
Kepala MTs Baitul Arqam, Radiana, S.Ag., dalam sambutannya menyatakan bahwa penerapan kurikulum baru ini merupakan momen penting untuk mengarahkan madrasah menjadi lembaga pendidikan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga mencetak generasi berakhlak mulia.
"Semoga melalui kegiatan ini, guru-guru kita semakin siap dalam menerapkan kurikulum baru, sehingga peserta didik bukan hanya unggul dalam akademik, tetapi juga tumbuh dengan akhlak dan kepribadian yang baik," ujar Radiana.
Dalam pemaparannya, Rosyidah Lubis, S.Ag. menjelaskan bahwa Kurikulum Nasional bukan sekadar reformulasi teknis, tetapi sebuah langkah strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan madrasah.
Ia memperkenalkan pendekatan "kurikulum cinta" yang berakar pada nilai-nilai kasih sayang dan penghargaan terhadap sesama.
"Kurikulum cinta mengajarkan bahwa anak didik diperlakukan setara dan penuh penghargaan. Pendidikan karakter harus berangkat dari cinta: kepada Tuhan, sesama manusia, hewan, tumbuhan, dan alam semesta," jelas Rosyidah.
Ia juga menekankan pentingnya Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan lil 'Alamin (P5RA) dalam struktur Kurnas, yang dirancang untuk membentuk siswa berkarakter kuat, berlandaskan nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan.
Rosyidah menambahkan bahwa madrasah perlu membuka ruang kemitraan yang lebih luas dalam pembelajaran.
"Orang tua, alumni, dan lembaga eksternal bisa dilibatkan dalam proyek pembelajaran, misalnya dalam peringatan Hari Ibu, Hari Ayah, atau kegiatan sosial lainnya," tambahnya.
Kegiatan ini mendapat respons positif dari para guru yang hadir.