
Puan Maharani Soroti 7 PMI Sumut Tewas di Kamboja: Jangan Tunggu Viral Baru Negara Bertindak!
JAKARTA Ketua DPR RI, Puan Maharani, angkat bicara soal meninggalnya tujuh Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Sumatera Utara di Kamboja
NasionalSILICON VALLEY - Di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI), para eksekutif teknologi di Silicon Valley kini berlomba menciptakan generasi manusia supercerdas. Salah satu caranya: memilih embrio dengan potensi IQ tinggi melalui teknologi penyaringan genetik.
Fenomena ini bukan fiksi ilmiah. Layanan seleksi embrio berbasis genetika kini ditawarkan dengan harga mulai dari US$6.000 hingga US$50.000 (sekitar Rp 90 juta hingga Rp 800 juta). Tujuannya? Meningkatkan peluang anak memiliki kecerdasan tinggi.
Tokoh seperti Tsvi Benson-Tilsen, matematikawan sekaligus pendiri Berkeley Genomics Project, mengalihkan fokus dari bahaya AI ke solusi jangka panjang: membantu manusia jadi lebih cerdas untuk tetap relevan di tengah dominasi kecerdasan buatan.
"Intuisi saya mengatakan ini adalah salah satu pilihan terbaik kita," kata Benson-Tilsen.
Nama-nama besar seperti Elon Musk bahkan dikabarkan mendorong "perjodohan jenius" agar anak-anak masa depan memiliki kombinasi genetik unggul. Bahkan, layanan mak comblang eksklusif seperti milik Jennifer Donnelly bisa dibanderol hingga US$500.000, dengan fokus pada lulusan Ivy League atau pasangan "berpotensi genetik".
"Mereka percaya sukses karena punya gen bagus, dan kini yakin bisa mewariskannya," ujar Sasha Gusev, ahli genetika dari Harvard Medical School.
Namun, para ilmuwan mengingatkan bahwa akurasi prediksi IQ embrio masih rendah, hanya mampu menjelaskan 5–10% variasi kecerdasan. Shai Carmi dari Universitas Ibrani Yerusalem mencatat, peningkatan IQ hasil seleksi genetik rata-rata hanya 3–4 poin.
Tak hanya minim efektivitas, penyaringan genetik embrio juga menyimpan risiko kesehatan. Beberapa gen yang diasosiasikan dengan IQ tinggi juga berhubungan dengan autisme dan gangguan lain.
Hank Greely, Direktur Pusat Hukum dan Ilmu Hayati Universitas Stanford, memperingatkan tentang potensi kesenjangan sosial.
"Ini seperti plot film fiksi ilmiah – orang kaya menciptakan generasi unggul, sementara masyarakat biasa tertinggal," katanya.
Meskipun menuai kritik, permintaan terhadap layanan ini terus meningkat. Para pendukungnya percaya bahwa membangun generasi jenius adalah cara terbaik untuk memastikan manusia tetap memiliki peran penting di era AI.
"Menciptakan lebih banyak orang jenius adalah salah satu cara kita bertahan," tegas Benson-Tilsen.*
JAKARTA Ketua DPR RI, Puan Maharani, angkat bicara soal meninggalnya tujuh Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Sumatera Utara di Kamboja
NasionalMEDAN Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai NasDem Sumatera Utara, Iskandar ST, melayangkan somasi terbuka kepada sejumlah institusi
Hukum dan KriminalJAKARTA Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (Menperkim) Maruarar Sirait menginstruksikan seluruh kepala daerah untuk mempercepat se
NasionalJAKARTA Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan komitmennya untuk mengevaluasi dana milik pemerintah pusat dan daerah yang hing
EkonomiMEDAN Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Musa Rajekshah, memberikan apresiasi tinggi terhadap Presiden Prabowo Subianto yang turu
NasionalMEDAN Penanganan laporan dugaan penipuan yang dialami mantan anggota Polri berinisial DE oleh oknum anggota Subbid Wabprof Bid Propam Po
Hukum dan KriminalJAKARTA Bupati Simalungun, Dr. H. Anton Achmad Saragih, menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) Program Kerja Sama Bidang Pendidikan yang di
PendidikanJAKARTA Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan (Menko Kumham Imipas), Yusril Ihza Mahendra, memastikan bahw
Hukum dan KriminalSIMALUNGUN Komitmen Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Simalungun dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, terutama kelompok kurang mamp
PemerintahanTERNATE Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menegaskan kembali komitmen pemerintah dalam mewujudkan pembangunan yang merata dan tidak
Nasional