JAKARTA — Pemerintah Indonesia terus memperkuat kerja sama perdagangan dengan Amerika Serikat melalui negosiasi tarif dagang yang saat ini tengah berlangsung di Washington.
Dalam perundingan strategis ini, Indonesia menawarkan pemotongan tarif impor atas produk utama Amerika Serikat hingga mendekati nol persen, sebagai bagian dari paket dagang bernilai besar antara kedua negara.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, yang memimpin langsung tim negosiator RI, mengungkapkan bahwa Indonesia siap memangkas bea masuk barang-barang ekspor utama AS, termasuk produk pertanian, dengan imbalan akses preferensial terhadap ekspor Indonesia ke pasar AS.
"Itu akan mendekati nol (tarif untuk ekspor utama AS), tetapi itu juga akan tergantung pada seberapa besar tarif yang kita dapatkan dari AS," ujar Airlangga, Jumat (4/7/2025).
Sebagai bagian dari kesepakatan dagang ini, asosiasi penggilingan tepung Indonesia telah menyatakan komitmennya untuk mengimpor gandum dari AS senilai 500 juta dolar AS, atau sekitar Rp8 triliun.
Ketua Asosiasi Penggilingan Tepung Terigu Indonesia, Franciscus Welirang, menyebut bahwa pembelian akan dilakukan melalui tender kompetitif dan melibatkan pemain besar seperti Cargill, Bunge Global, dan ADM.
"Intinya semua anggota akan membeli gandum dari AS," kata Welirang, yang juga Direktur di Indofood.
Selain gandum, maskapai Garuda Indonesia disebut tengah dalam pembicaraan untuk membeli hingga 75 unit pesawat Boeing sebagai bagian dari kerja sama senilai 34 miliar dolar AS yang rencananya akan diteken minggu depan.
Dalam negosiasi tersebut, Indonesia juga menekan Pemerintah AS untuk memberikan tarif preferensial terhadap produk ekspor unggulan nasional seperti elektronik, tekstil, dan alas kaki.
Hal ini dinilai penting mengingat Indonesia saat ini menghadapi tarif hingga 32 persen untuk masuk ke pasar AS.
Sekretaris Kemenko Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, mengatakan Indonesia mengharapkan pemangkasan tarif signifikan dari AS sebagai bagian dari imbal balik.
"Kami ingin mereka menurunkan tarif (untuk barang-barang tersebut) serendah mungkin," ujarnya.
Sebagai tambahan, Indonesia juga membuka peluang kerja sama investasi bagi AS di sektor mineral penting seperti tembaga, nikel, dan bauksit.
Ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang RI untuk memposisikan diri sebagai mitra strategis AS di sektor energi dan manufaktur berbasis mineral.
Airlangga menegaskan bahwa meski kerja sama dagang ini luas, namun tidak mencakup perjanjian militer apa pun.
"Kesepakatan itu bukan bagian dari negosiasi militer," tegasnya.
Dengan surplus perdagangan barang senilai 17,9 miliar dolar AS pada 2024, Indonesia berharap langkah ini dapat semakin mempererat hubungan bilateral sekaligus menguntungkan sektor ekspor domestik.*