
Persaingan Sengit Apple iPhone 17 vs Samsung Galaxy S25 FE, Mana yang Lebih Unggul?
JAKARTA Duel dua raksasa teknologi dunia, Apple dan Samsung, kembali memanas dengan peluncuran produk flagship terbaru mereka di bulan y
Sains & TeknologiMEDAN — Polemik status ribuan hektar tanah eks-HGU (Hak Guna Usaha) di Sumatera Utara (Sumut) kembali mencuat, setelah Kementerian ATR/BPN pada tahun 2023 menetapkan sebagian dari lahan tersebut sebagai "tanah negara bebas".
Namun, menurut Shohibul Anshor Siregar, Dosen FISIP UMSU dan Koordinator Umum Pengembangan Basis Sosial Inisiatif & Swadaya ('nBASIS), keputusan ini bukan tanpa risiko besar terhadap keadilan agraria dan potensi reproduksi ketimpangan struktural di wilayah tersebut.
Dalam keterangannya, Shohibul mengungkap bahwa sistem HGU di Sumatera Timur merupakan warisan kolonial yang sangat problematik. "Kemitraan antara kesultanan Melayu—seperti Deli, Serdang, Langkat, dan Asahan—dengan pemerintah kolonial Belanda dalam alokasi lahan perkebunan, telah melahirkan ketimpangan penguasaan tanah yang akut, sekaligus eksploitasi tenaga kerja yang brutal," ujarnya.
Baca Juga:
Revolusi Sosial 1946 yang mengguncang Sumatera Timur, menurutnya, tidak serta merta menghasilkan keadilan agraria. Sebaliknya, negara menggantikan struktur tradisional dengan pola kekuasaan sentralistik melalui BUMN seperti PTPN tanpa proses redistribusi tanah yang adil. "Alih-alih membawa keadilan, ini justru memperpanjang marginalisasi masyarakat lokal," katanya.
Tanah Negara Bebas: Bebas dari Siapa, untuk Siapa?
Baca Juga:
Shohibul mempertanyakan retorika "tanah negara bebas". "Apakah ini benar-benar membebaskan masyarakat dari belenggu ketidakadilan agrarian?
Atau hanya memindahkan aset dari satu elite ke elite lainnya?" tanyanya kritis. Ia menekankan pentingnya mekanisme alokasi yang transparan dan partisipatif agar tidak menciptakan ketimpangan baru.
Oligarki, Premanisme, dan Pertarungan Aset
Lebih jauh, Shohibul menyoroti potensi pertarungan politik dan ekonomi atas tanah eks-HGU tersebut. Ia menyebut bahwa dalam konteks pasca-revolusi, aktor-aktor informal seperti preman dan kelompok bersenjata kerap digunakan oleh elite politik untuk mengamankan kepentingannya.
"Relasi patron-klien antara elite dengan kelompok preman menjadi instrumen efektif dalam penggusuran, intimidasi, hingga penguasaan aset secara ilegal," jelasnya.
Shohibul juga membandingkan kondisi ini dengan Yogyakarta yang memperoleh keistimewaan dan kontrol formal atas tanah melalui kerangka hukum. "Sementara Sumatera Timur justru diputus total dari akar kekuasaan lokalnya. Ini mencerminkan politik pengakuan yang selektif oleh negara," tambahnya.
Ketimpangan Ekonomi dan Ancaman Marginalisasi Baru
JAKARTA Duel dua raksasa teknologi dunia, Apple dan Samsung, kembali memanas dengan peluncuran produk flagship terbaru mereka di bulan y
Sains & TeknologiPADANGSIDIMPUAN Dalam rangkaian kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Aufa Royhan (UNAR) 2025, Keja
PendidikanJAKARTA Masyarakat kini berkesempatan mendapatkan saldo gratis hingga Rp330.000 melalui platform dompet digital DANA. Program ini terbuk
EkonomiMEDAN Harga cabai di pasar tradisional Kota Medan melonjak tajam dalam sepekan terakhir. Sabtu (6/9/2025), harga cabai merah tembus Rp 6
EkonomiPEMATANG SIANTAR Anggota Komisi III DPRD Kota Pematangsiantar, Chairuddin Lubis (CL), meminta Dinas Perhubungan (Dishub) segera mengambil
PemerintahanJAKARTA Presiden ke7 Republik Indonesia, Joko Widodo, menyampaikan ucapan duka cita atas wafatnya Dr. Arif Budimanta, politikus PDI Perju
NasionalJAKARTA Hari ini menjadi momen tepat untuk mengevaluasi kembali segala rencana dan menyesuaikannya dengan realita yang sedang kamu hadapi.
Sains & TeknologiMedan (bitv) Setelah sempat menjadi perbincangan hangat karena desainnya yang disebut mirip iPhone 17 Air, Nubia akhirnya resmi merilis Nu
Sains & TeknologiMedan (bitv) Langit Indonesia akan dihiasi fenomena langka gerhana bulan total atau yang sering disebut Blood Moon, pada Minggu (7/9/202
NasionalJAKARTA Proses pemulangan jenazah Zetro Leonardo Purba, Penata Kanselerai Muda di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Lima, Peru, mas
Nasional