BALI -Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan bahwa upaya penulisan ulang Sejarah Nasional Indonesia bukan dimaksudkan untuk mencari-cari kesalahan tokoh atau peristiwa masa lalu.
Melainkan, langkah ini bertujuan menyusun narasi sejarah yang positif, objektif, dan memperkuat persatuan nasional dengan pendekatan Indonesia sentris.
"Sebenarnya kita tidak mencari-cari kesalahan orang tapi lebih kepada bagaimana pencapaian-pencapaian. Jadi sejarah ini untuk persatuan bangsa kita juga dan dari perspektif Indonesia. Jadi Indonesia sentris," ujar Fadli saat menghadiri acara kebudayaan di Bali, Sabtu (7/6/2025).
Fadli menjelaskan bahwa proses revisi sejarah ini melibatkan 113 sejarawan profesional dari 43 perguruan tinggi di Indonesia, untuk menjamin kualitas akademik dan netralitas penulisan.
"Yang menulis sejarah itu profesional. Bukan aktivis, bukan politisi. Karena kalau aktivis atau politisi pasti membawa perspektif masing-masing. Sejarah harus ditulis oleh sejarawan murni," tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa para penulis merupakan akademisi senior, mulai dari profesor hingga doktor, bukan penulis baru yang belum memiliki rekam jejak riset historis yang memadai.
Bukan dari Nol, Tapi Berdasarkan Karya Sebelumnya
Fadli menegaskan, penulisan ulang ini tidak dimulai dari nol, melainkan melanjutkan dan merevisi karya-karya sejarah sebelumnya, termasuk Sejarah Nasional Indonesia (1984) dan Indonesia Dalam Arus Sejarah (2012).
"Ini bukan dari nol. Kita ambil dari sejarah yang sudah ada, lalu diperbaharui dan diperkuat. Penyajiannya juga nanti akan disusun secara kronologis dan mudah dipahami," jelasnya.
Pemerintah menargetkan buku hasil revisi ini akan selesai dan dirilis pada Agustus 2025, bertepatan dengan momen peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia.*
(kp/j006)
Editor
: Justin Nova
Fadli Zon: Penulisan Ulang Sejarah Nasional Bukan untuk Cari Kesalahan, Tapi Satukan Bangsa