
Satgas Pos Silawan Bantu Warga Perbatasan Bangun Rumah, Wujudkan Semangat Gotong Royong
BELU Personel Satgas Pamtas RIRDTL Yonif 741/Garuda Nusantara Pos Silawan kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap masyarakat perbatasa
NasionalMEDAN — Polemik status ribuan hektar tanah eks-HGU (Hak Guna Usaha) di Sumatera Utara (Sumut) kembali mencuat, setelah Kementerian ATR/BPN pada tahun 2023 menetapkan sebagian dari lahan tersebut sebagai "tanah negara bebas".
Namun, menurut Shohibul Anshor Siregar, Dosen FISIP UMSU dan Koordinator Umum Pengembangan Basis Sosial Inisiatif & Swadaya ('nBASIS), keputusan ini bukan tanpa risiko besar terhadap keadilan agraria dan potensi reproduksi ketimpangan struktural di wilayah tersebut.
Dalam keterangannya, Shohibul mengungkap bahwa sistem HGU di Sumatera Timur merupakan warisan kolonial yang sangat problematik. "Kemitraan antara kesultanan Melayu—seperti Deli, Serdang, Langkat, dan Asahan—dengan pemerintah kolonial Belanda dalam alokasi lahan perkebunan, telah melahirkan ketimpangan penguasaan tanah yang akut, sekaligus eksploitasi tenaga kerja yang brutal," ujarnya.
Baca Juga:
Revolusi Sosial 1946 yang mengguncang Sumatera Timur, menurutnya, tidak serta merta menghasilkan keadilan agraria. Sebaliknya, negara menggantikan struktur tradisional dengan pola kekuasaan sentralistik melalui BUMN seperti PTPN tanpa proses redistribusi tanah yang adil. "Alih-alih membawa keadilan, ini justru memperpanjang marginalisasi masyarakat lokal," katanya.
Tanah Negara Bebas: Bebas dari Siapa, untuk Siapa?
Baca Juga:
Shohibul mempertanyakan retorika "tanah negara bebas". "Apakah ini benar-benar membebaskan masyarakat dari belenggu ketidakadilan agrarian?
Atau hanya memindahkan aset dari satu elite ke elite lainnya?" tanyanya kritis. Ia menekankan pentingnya mekanisme alokasi yang transparan dan partisipatif agar tidak menciptakan ketimpangan baru.
Oligarki, Premanisme, dan Pertarungan Aset
Lebih jauh, Shohibul menyoroti potensi pertarungan politik dan ekonomi atas tanah eks-HGU tersebut. Ia menyebut bahwa dalam konteks pasca-revolusi, aktor-aktor informal seperti preman dan kelompok bersenjata kerap digunakan oleh elite politik untuk mengamankan kepentingannya.
"Relasi patron-klien antara elite dengan kelompok preman menjadi instrumen efektif dalam penggusuran, intimidasi, hingga penguasaan aset secara ilegal," jelasnya.
Shohibul juga membandingkan kondisi ini dengan Yogyakarta yang memperoleh keistimewaan dan kontrol formal atas tanah melalui kerangka hukum. "Sementara Sumatera Timur justru diputus total dari akar kekuasaan lokalnya. Ini mencerminkan politik pengakuan yang selektif oleh negara," tambahnya.
Ketimpangan Ekonomi dan Ancaman Marginalisasi Baru
BELU Personel Satgas Pamtas RIRDTL Yonif 741/Garuda Nusantara Pos Silawan kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap masyarakat perbatasa
NasionalDENPASAR Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Geofisika Denpasar mengumumkan bahwa fenomena gerhana bulan
NasionalJAKARTA Aktris Zaskia Adya Mecca kembali menjadi sorotan warganet usai unggahannya soal ojek online (ojol) di Instagram pribadinya, zaski
EntertainmentBATAM Aksi tegas ditunjukkan oleh Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (Bakamla RI) bersama Kementerian Kehutanan (Kemenhut) dalam mengg
Hukum dan KriminalJAKARTA Indonesia kehilangan salah satu tokoh intelektual penting dalam bidang ekonomi dan kebijakan publik. Arif Budimanta, ekonom nasion
SosokBangkok, Thailand Kejuaraan Dunia Voli Putri 2025 resmi memasuki babak semifinal pada Sabtu (6/9/2025), dengan empat tim unggulan dunia
OlahragaYOGYAKARTA PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) kembali mencetak prestasi di dunia komunikasi publik. Dalam ajang MAW Talk Awards (MTA) 2025
NasionalMEDAN PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) memastikan pasokan energi, khususnya LPG 3 kg, tetap aman dan ter
EkonomiMALUT Alat tangkap ikan tradisional huhate asal Maluku Utara (Malut) resmi tercatat sebagai Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) oleh Kement
Seni dan BudayaJAKARTA Kabar duka menyelimuti dunia ekonomi dan politik Indonesia. Dr. Arif Budimanta, ekonom senior dan mantan Staf Khusus Presiden RI b
Nasional